Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Hari Ke-28: Jangan Pergi dengan Sia-Sia


Sumber visual: 
Di dunia ini, ada banyak hal yang membuat seseorang pergi.

Seringkali kita menemui peristiwa kepergian seseorang dari sisi orang lain. Bukan kepergian ke kehidupan selanjutnya atau kepergian yang mengharuskan adanya transportasi udara untuk menyingkap jarak, namun sebuah kepergian yang direncanakan sedemikian rupa secara detail namun kurang matang. Banyak sekali orang yang terjebak dalam sebuah pelarian mencari tempat paling aman untuk bersembunyi, dijalani terus menerus meski napas mulai terasa lemah tak sanggup berlari lagi. Segalanya dilakukan demi mencapai sebuah tujuan yang meski pasti namun entah ada di mana.

Tujuan melupakan seseorang.

Ada yang pergi karena tidak sanggup menahan cinta. Ada yang pergi karena tidak bisa menyembuhkan luka. Ada yang pergi karena tidak bisa menerima kenyataan.

Karena seseorang.

Orang-orang yang hatinya terluka harus mengambil langkah cepat untuk melupakan seseorang yang jelas-jelas masih dibawanya dalam setiap pelarian. Pergi adalah jalan pintas paling tepat namun tak efektif jika hanya memungkas jalan tanpa memangkas rasa.

Berlari pergi mungkin saja bukan jalan terbaik, hanya saja satu-satunya jalan yang bisa dilalui.

Yang diperlukan hanya tidak bertemu seseorang yang membuat kita berada di tempat sekarang berpijak. Yang diperlukan adalah tidak melihat seseorang agar tak teringat. Yang diperlukan adalah sebuah pengasingan diri untuk memulai kehidupan yang baru, yang lain.

Setidaknya kita akan baik-baik saja, meski lukanya belum sembuh.

Setidaknya waktu adalah jarak terbaik untuk ingatan masa lalu.

Orang-orang banyak menyumbang saran untuk menghadapi luka, hingga terbiasa, hingga tak merasakan apapun lagi. Pada kenyataannya, hampir setiap orang akan lari juga saat melihat penyebab lukanya, seolah akan kembali terkena perih.

Tak masalah. Larilah, sejauh luka membawamu. Pergilah selama apapun luka menculikmu.

Tapi ingatlah. Sejauh apapun berlari, kita akan selalu pulang.
Dan sebaik-baiknya pulang adalah ketika kita merasa hidup kembali seperti sediakala, namun diri sudah lebih baik dari sebelumnya.
Sebuah kepulangan yang tak membuat kita ingin berlari lagi saat kembali menatap matanya.

Pergi dan sembuhlah.
Jangan lari dengan sia-sia.

Comments