Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Aku Ingin Jadi Pemenangnya

 


Aku ingin mengenangmu dengan bahagia, tapi pada kenyataannya hatiku porak poranda. Aku masih ingat awal mulanya, dan hari-hari setelah itu meski momennya sudah layak disebut masa lampau. Cerita-cerita dangkal yang kita bagi di awal, hingga bertahap satu per satu prahara mulai saling dibongkar. Semuanya seputar kehidupanmu, kisah cintamu, dan pikiran-pikiranmu yang semuanya jadi urusanku atas nama cinta.

Aku ingin bertahan padamu di tengah pasang surut badai di antara hati dan keyakinanku. Saat itu kurasa sudah selesai semua pencarianku yang muaranya adalah kamu. Tapi aku pura-pura melupakan soal pencarianmu. Aku ingin masa bodoh, dan kulakukan sukarela.

Aku ingin menjadi seperti yang kamu harapkan dalam bayang-bayang masa lalumu. Aku ingin menjadi seperti yang ada dalam bayanganmu siang dan malam. Ketika sadar tak mampu, aku beralih rencana untuk menjadi apa saja; Gelas yang siap menampungmu, pendingin ruangan untuk setiap amarahmu, dan rumah untuk sesekali kau singgahi saat sedang kacau balau.

Tapi, yang kamu harapkan tetaplah yang kamu harapkan. Tidak ada aku di dalamnya, tidak mampu aku untuk menjelma. Dinding pertahananmu sulit ditembus dan hatiku pada suatu hari sedang rapuh-rapuhnya.

Aku ingin mengingatmu sebagai kenangan baik. Aku ingin mengingat tawaku yang tercipta karena senyum tipismu. Bahkan aku ingin mengingat sedihku yang muncul karena hatimu yang terluka.

Aku ingin kamu tahu aku pernah sedalam itu jatuh pada hatimu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku menikmati hari-hari menanti entah apa.

Namun kini di antara banyaknya inginku, satu-satunya yang aku ingin kamu tahu saat ini adalah kini aku tahu kapan saatnya harus berhenti.

Meski kamu tetap jadi yang paling spesial, aku tidak selamanya di sana. Jadi, tidak perlu terkejut saat kamu tidak menemukanku di tempat biasanya lagi.

Aku ingin menjadi pemenangnya, dengan berhasil angkat kaki dari percintaan ini.

Comments