Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Menepi ke Jakarta [Part 3]


Pindah berarti berubah. Perlu membiasakan diri, dan waktunya kadang nggak sebentar.

Yap, Bulan April 2018 lalu saya pindah secara keseluruhan: Pindah kota, pindah kantor, dan pindah hati. Maksudnya, hati yang sudah diserahkan sepenuhnya untuk kantor dulu pada akhirnya harus dipindahkan lagi.

Emang bener, sayang nggak melulu selalu bersama.

Hiyaaaaaa, sa ae!

Setelah pindah, tentu banyak hal yang berubah. Dari yang dulu selalu bersenang-senang, lalu kehidupan menjadi lebih tenang. Dari yang dulu menghabiskan waktu di kantor, sekarang pulang tepat waktu. Dari yang dulu dikit-dikit ketawa, sekarang lebih seneng pakai earphone.

Yah kalau berubah soal kebiasaan nggak butuh waktu lama buat akhirnya terbiasa. Tapi kalau soal kenyamanan sama diri sendiri di suatu tempat kan nggak mudah. Setidaknya itu yang saya alami.

Nggak menjadi diri sendiri itu menyebalkan. Dan membosankan.

Tapi kan saya juga harus pengertian sama dunia ini. Lingkungan saya nggak melulu sama, dan rasa nyaman saya harus beradaptasi dengan tempat di mana kaki berpijak sekarang. Makanya sebagai pelarian, saya sering banget mengunjungi temen-temen deket secara bergantian. Bahkan, saya masih cukup sering mengunjungi temen-temen di kantor sebelumnya. Rela-relain naik kereta buat ketemu yang kadang nggak sampai sehari. Semata-mata dilakukan karena sama mereka saya nyaman banget mau ngomong apa aja, mau becanda ini itu, dan bersikap gimana aja.

Belakangan juga saya sering me time. Ke kafe sendirian, jalan-jalan ke toko sendirian. Karena kalau nggak ada orang yang bikin nyaman, kembali pada diri adalah sebaik-baiknya pulang.

HALAAAH BILANG AJA JOMLO PAKAI BANYAK ALESAN ME TIME ME TIME~

Puncaknya, saya nekat ke Jakarta sendirian buat me time, sehari aja, pada Bulan Oktober.

Saya berangkat Jumat malam selepas kerja. Meski kamis malemnya udah packing, tapi kok kayanya masih buru-buru aja menuju stasiun.

HADEEE33333HHHH.

Begitu duduk manis di kereta, saya nggak ada ngantuk-ngantuknya walau rasanya cape banget setelah seharian kerja dan hari-hari sebelumnya ngurusin liburan singkat ini. Sepanjang jalan saya memandang gelap di luar jendela sambil senyum-senyum sendiri. Iya iya, senyumnya belum berdua.

*Anaknya mudah baper*

Jadi Bulan Oktober tahun lalu saya juga ke Jakarta, melakukan ini itu selama tiga weekend berturut-turut. Eh tahun ini Bulan Oktober, saya datang lagi ke Jakarta.

WOW WOW WOW APAKAH INI SEBUAH KEBETULAN?!?!?!?

Baca:

Subuh hari Sabtu itu saya sudah sampai di Stasiun Pasar Senen dan melakukan rutinitas yang selalu sama; Pertama, saya berjalan ke toilet. Kedua, saya menuju mushola dan berakhir pesen gojek.

Tujuan pertama saya adalah kosan Rahma di Jakarta Barat. Pagi itu suara klakson sudah bersahut-sahutan di depan stasiun. Tapi udara pagi masih terasa di sepanjang jalan yang lengang. Jakarta pagi hari membuat perjalanan tidak memakan waktu lama. Dan akhirnya, saya sampai di kosan Rahma untuk.... tidur.

DAN LAGI~~ TERJADI~~

Dari Jakarta Barat, saya harus menuju Jakarta Utara yang kalau di Google Maps memakan waktu 40-50 menit. Hmmm jauh uga ya tapi tetep aja tidurnya nyenyak nggak inget waktu.

Alhamdulillah usai tidur dan sarapan saya bisa tetap sampai tepat waktu di Jakarta Utara setelah perjalanan 50 menit. Penasaran saya ngapain? Silakan amati rok yang saya pakai di foto dalam tulisan ini.

WKWKWKWKWKWK.

Jelang duhur urusan udah beres dan saya belum menentukan mau ke mana. Otak masih pusing beb~ Sampai akhirnya ada telepon masuk.

Jadi tuh dua hari sebelum ke Jakarta saya kenalan sama temen baru dari Pekanbaru. Kita awalnya janjian tapi belum sempat ketemu dan kebetulan kita bisa saling 'ngeh' walaupun cuma liat wajah dari foto di media sosial.

Terbukti foto saya nggak editan berlebihan, kecuali diputihin dikit WKWKWKWKKWWKWK.

Tadinya janjian ke mal sama temen-temen SMA yang tahun lalu juga ditemuin. Tapi dipikir-pikir rasanya terlalu dini untuk nge-mal. Sampai akhirnya temen baru saya ngajakin ke Monas. Nggak pakai mikir lama, langsung saya iyain! Toh saya terakhir ke Monas waktu study tour SMP, jadi nggak ada salahnya lah berkunjung lagi setelah 11 tahun.

Hmmm....

11 Tahun Berlalu, Wanita Ini Kembali Berkunjung ke Monas, Wajahnya Bahagia Banget!

Ya dasar saya mah orangnya tingkat kepercayaan dirinya semakin tidak terkontrol, pas foto-foto ampun deh pose nggak ada yang wajar. Aneh nggak sih, kadang kita tuh malah nyaman sama orang asing daripada sama orang yang selama ini berada di lingkungan yang sama dengan kita.

SO HAPPY, MAKASIH MBAK ELISYA! ASIK NAMBAH TEMEN BARU.



Setelah puas menikmati Jakarta di Monas, ba'da ashar saya langsung menuju Grand Indonesia buat meet up sama temen-temen. Kali ini formasinya nggak selengkap tahun lalu, tapi saya seneng masih sempet tatap muka karena kita kan udah susah ketemu di kampung halaman.

Sayangnya waktu buat ngumpul cuma sebentar karena kondisi. Habis maghrib kami kembali berpisah, dan saya yang masih punya waktu tiga jam random mencari lokasi yang bisa dikunjungi dan jaraknya nggak terlalu jauh dari stasiun.

"Oke Google Tempat nongkrong di Jakarta malam hari"

Ketemu deh Taman Ismail Marzuki! Tentu saja saya nggak punya bayangan soal tempatnya. Tapi biar tau, ya harus ke sana kan. Malam minggu itu hujan rintik-rintik. Saya sempet bingung kok banyak mobil dan motor tapi di bagian depan terlihat sepi. Ternyata.... Di bagian belakang sangat ramai. Hari itu lagi ada pertunjukkan balet anak-anak. Langsung pusing mikir kelak punya anak gimana caranya bisa dilesin sesuai bakatnya~

WKWKWKWK JODOHNYA CARI DULU MYLUVV, MIKIRNYA KEJAUHAN~~

Di Taman Ismail Marzuki ada gedung-gedung kesenian, toko buku, dan bioskop. Di saat seperti inilah kita tidak perlu sok tau. Langsung aja tanya sama petugas di sana, gedung mana yang kira-kira bisa dikunjungi perempuan berusia 25 tahun. Petugas pun mengarahkan untuk ke Gedung Kesenian karena lagi ada Proyek Seni Perempuan Perupa dengan tajuk "Yang Tersingkap" yang digagas Komite Seni Rupa DKJ. Jujur aja nih saya nggak bisa mendeskripsikan apa pun karena takut keliru, tapi malam itu saya seneeeeeeeeng banget bisa ke sana.



Akhirnya petualangan berakhir di depan Taman Ismail Marzuki, di atas tikar sambil ngeteh dan makan tahu gejrot. Ketika waktu berjalan menuju pukul 21.00, saya mulai kerasa sedih. Soalnya saya merasa belum puas di Jakarta, dan nggak tau kapan bisa main lagi.

Jakarta, saya jatuh cinta lagi~~~



Pukul 21.45 kereta kembali membawa saya pulang. Dalam perjalanan pulang itu, saya menyadari sesuatu. Menepi ke Jakarta kali ini membuat saya pulang ke diri sendiri; Menjadi seseorang yang nyaman dengan dirinya sendiri karena bersama orang-orang yang tepat.

Nggak tau kalau besok. Atau besoknya lagi.

Yodah perkara besok dipikir besok lagi aja shaaay~

Comments