Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Menepi ke Jakarta [Part 2]



"Menepi ke keramaian,
berteduh di bawah matahari yang menyengat.
Rupanya, bahagia tak melulu soal ketenangan dan kedamaian."


Sabtu sore sepulang kerja di Bulan Oktober 2017, dengan diantar Galih saya meluncur ke Stasiun Purwosari. Berbekal sepuluh tusuk sate dan beberapa jajanan, saya berangkat lagi untuk kali kedua ke Jakarta dalam rangka berpetualang. Kereta Jaka Tingkir hari itu tak terlalu ramai, saya bisa nyaman tiduran karena kursi serasa milik sendiri. Saking nyamannya, sepanjang perjalanan saya bener-bener tidur dan lupa untuk nge-charge baterai ponsel.

KESEL.

Tau-tau aja udah di Stasiun Pasar Senen dan baterai ponsel dalam keadaan kritis. Padahal masih jam setengah empat pagi sedangkan KRL baru ada sekitar jam lima pagi.

Omong-omong soal KRL, ini pengalaman baru banget. Jadi awalnya saya udah ngehubungin teman SD sekaligus tetangga RW di Purwokerto yang tinggal di Jakarta. Saya nolak aja dijemput pagi-pagi buta karena nggak enak dan mikir segala hal di dunia ini kini bisa diselesaikan dengan ojek online. Iya emang bisa sih, tapi kalau ada dananya, kan. Yang saya nggak tahu, dari Stasiun Pasar Senen ke daerah Pasar Minggu itu jauh yang otomatis biayanya juga jadi sangat mahal buat dompet saya. Akhirnya tebersit pikiran untuk naik KRL walau nggak tau banget gimana caranya.

"Ini sama kaya prameks nggak sih yang bisa beli tiketnya di setiap stasiun?"

"Ini sama kaya prameks nggak sih yang bayarnya tunai? Apa pakai kartu?"

"Ini terus beli tiketnya di mana ya??"

"Ya Allah nasibku gimana Ya Allah...."

Ini itu ini itu akhirnya googling dengan daya baterai ponsel yang semakin berkurang. Setelah paham rute dan lain-lain, untuk lebih meyakinkan ya saya nanya. Untung ada ibu cleaning service yang baik dan secara ramah menjelaskan.

Terus setelah nemu loketnya, saya bingung lagi.

"Lah ini kenapa loketnya gelap gulita?"

"Kenapa tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar loket?"

"Apa yang harus kuperbuat????"

Tapi setelah lihat banyak orang yang duduk ngedemprok di sekitar loket akhirnya saya berpikir loket belum buka dan saya yah.... Ikut duduk.

Di jadwal tuh kayanya KRL pertama jam lima gitu tapi ternyata sekitar jam enam. Udah males saya jelasin kebingungan dari antre sampai nemu jalur KRL-nya, pokoknya bingung aja tapi kemudian selamat.

Next, kebingungan belum berakhir.

KENAPA ADA STASIUN PASAR MINGGU DAN PASAR MINGGU BARU?!?!?!?

Saya lupa Lolita (Temen yang mau saya kunjungi) ngasih aba-aba atau nggak soal Pasar Minggu aja atau Pasar Minggu Baru.

TERUS YANG BIKIN KESEL ADALAH KENAPA SAYA MALAH TIDUR DI SEPANJANG PERJALANAN. :((((((((

Saya bangun-bangun udah di Pasar Minggu Baru dan dalam keadaan nggak pakai kacamata untuk lihat rute.

PASAR MINGGU DULU APA PASAR MINGGU BARU DULU NIH DI RUTENYA???

Karena khawatir Pasar Minggu Baru letaknya setelah Pasar Minggu, akhirnya saya memilih turun. Toh kalau salah masih sama-sama di Pasar Minggu, kan.

Akhirnya setelah kegalauan tak berujung dengan diantar babang Gojek sampai juga di kos Lolita.

Senang sekali bertemu teman seperjuangan kerja saya dahulu.

Setelah ketemu Lolita, saya menghubungi teman SD sekaligus teman RW saya yang saya tulis di awal, emang sengaja janjian. Ngapain udah sampai ke Jakarta nggak main kan. Apalagi kereta pulang saya masih pukul 21.45.

Oh iya, nama temen saya Ayub. Udah dari SD sampai SMP sekelas, rumah juga beda berapa gang. Sama dia tuh udah kaya yang lo-lagi-lo-lagi.

Setelah bingung mau ke mana, akhirnya Ayub ngajakin ke Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk. Biarpun udah berapa tahun di Jakarta, dia jarang piknik di situ. Pikniknya dia mah jauh nggak pakai helm.



Perjalanan dari sekitaran daerah Jakarta Selatan ke Hutan Mangrove memakan waktu sekitar satu jam dengan kondisi lalu lintas ramai lancar. Feel-nya waktu memasuki kawasan Pantai Indah Kapuk ini kok kaya di Makassar ya. Beneran serasa pulang kampung.

Tiket masuknya waktu hari Minggu itu per orang kayanya Rp 25 ribu deh. Saya lupa-lupa inget karena dibayarin. Teman saya pokoknya terbaik hari itu, sebelum-sebelumnya juga.

*NGEJILAT*

Jadilah seharian kami random banget. Karena tanggung udah sampai sana, kami memutuskan untuk explore tanpa melewatkan satupun. 

Ke kanan, ke kiri, lurus, dijabanin. Senangnya, di puncak muter-muter nemu spot yang memuaskan.

Buat saya sih, ini refreshing banget.. Tapi kayanya nggak buat Ayub. WKWKWKWK.


Sepanjang muter berjam-jam saya bener-bener nggak main ponsel atau sibuk jepret-jepret. Tapi punya foto banyak dong karena Ayub secara sukarela membiarkan ponselnya dan ponsel saya diisi segala pose absurd saya. Sampai benar-benar nyawa baterai dua ponsel tidak terselamatkan lagi.




Kami akhirnya sampai pusat kota lagi sekitaran maghrib setelah kemacetan yang parah. Sampai pusat kota niatnya nonton dulu sambil nunggu kereta pulang. Sayangnya setelah mendatangi dua mall tiketnya habis semua dong. Akhirnya kami sangat-sangat tidak jelas di mall. Dalam keadaan ponsel mati.

Menjelang pukul 21.45 keluarlah kami untuk menuju stasiun, tapi nganu..... Kok lupa jalan menuju parkiran. Pakai muter-muter dulu di saat waktu sudah mepet. Beberapa waktu lalu saya juga kesulitan keluar dari Kuningan City Mall, sebelumnya juga pernah nggak nemu jalan keluar dari Solo Square. Malam itu akhirnya saya ngaku kayanya emang saya yang bawa sial deh kalau urusan keluar mall.

SEDIH....

Setelah berpikir keras dan atas izin Allah SWT, akhirnya kami menemukan jalan menuju parkiran dan saya harap-harap cemas bisa sampai stasiun tepat waktu. Masalahnya tuh besoknya saya kerja. Itu udah yang deg-degan parah sih. Sepanjang jalan kaya yang mikir keras seandainya nggak sampai tepat waktu, ngakalinnya gimana.

Tapi ALHAMDULILLAH selamat, saya pulang ke Solo! Eh ke Jogja dulu dink terus lanjut naik prameks ke Solo.


Perjalanan yang panjang, kan?

Perjalanan yang panjang itupun Alhamdulillah berbuah manis. Tapi nggak semua buah itu bisa dipetik karena beberapa kondisi.

Nggak apa-apa, saya senang kok bisa menghasilkan buah yang manis walau belum berkesempatan menikmatinya. Apalagi kalau perjalanannya semenyenangkan ini.

Baca lagi perjalanan saya sebelumnya di Jakarta di sini.

Terima kasih untuk Risyah, Yoga, Imel, Novita, Rahma, Sandy, Maya, Lolita, Galih, dan Ayub yang sudah berperan dalam petualangan di Jakarta saat weekend dua minggu berturut-turut. Luv!

Comments

Post a Comment

Berikan komentarmu untuk tulisan ini, yuk! Btw kalau mau komen bisa lewat PC ya :)