Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Akhirnya ke Makassar Lagi!



Pada suatu masa di mana saya bingung nggak ada kegiatan (yang udah terjadi selama beberapa bulan), mamah hendak terbang menuju Makassar untuk pulang kampung menengok saudara-saudara tercinta. Seperti biasa juga setiap mamah mau ke Makassar selalu ada drama akan mengikutkan anaknya atau nggak, mengingat biaya hidup zaman ini makin menjadi-jadi mahalnya. Terakhir ikut pulang ke Makassar (yang sebenernya pertama kali juga setelah pindah ke Jawa) sekitar tahun 2012. Waktu dulu excited banget mau pulang kampung. Tapi tahun ini biasa aja, nggak pengen-pengen amat, kalau ditinggal beneran ke Makassar nggak bakal ada drama seperti....

"anakmu pengen ikut, mah.."

"TOLONG AJAK AKU MAH!!"

"MAMAH AKU IKUUUTT!!"

Terus ngancurin piring gelas di dapur.

LAH.

Ya udah, kalau ditinggal saya berencana akan menghabiskan hari untuk guling-guling dan internetan tanpa khawatir bakal kena semprot "kamu kok kerjaannya tiduran terus" khas emak-emak seluruh dunia. Tapi dua hari sebelum penerbangan, mamah ngajakin ikut dan baru saya jawab satu hari keberangkatan setelah merenung di atas kasur dengan menggunakan pola "bagaimana kalau ikut" dan "bagaimana kalau nggak ikut".

Akhirnya, bangun tidur hari itu saya bilang, "oke berangkat!" dengan pertimbangan matang siapa tahu nemu inspirasi dan semangat baru untuk kehidupan yang makin tua ini.

CEILAH INSPIRASI.

CEILAH SEMANGAT.

GAYA AMAT.

Selasa pagi diantar Bapak ke Jogja, saya dan mamah bersiap meninggalkan Bapak dalam kesendirian selama beberapa hari ke depan. Pesawat terbang pukul 16.00 WIB dan sampai Makassar pukul 18.30 WITA. Satu-satunya yang membuat excited dengan penerbangan ini ya karena tahu bakalan melewati senja di langit, yang Alhamdulillah kesampaian. Indah banget senjanya, kaya....

NGGAK USAH DITERUSIN.

NTAR BAPER.

Belum juga mulai kembali bernafas normal setelah turun dari pesawat, ternyata keluarga udah menunggu dengan senyum indah penuh kerinduan. Sedangkan saya, langsung sibuk mengorek-ngorek kenangan tentang orang-orang yang begitu bahagia menyambut saya dan mamah. Walau masih jet lag, saya berusaha semaksimal mungkin memberi senyum terbaik kepada saudara-saudara.

Untungnya begitu sampai rumah disambut keponakan-keponakan lucu. Udah, betah gitu aja.

Sebenarnya kepulangan kali ini ada misi tersembunyi, yaitu kondangan

NGGAK.

AKU NGGAK BAPER KALAU KONDANGAN.

TAPI CAPSLOCK-NYA AGAK NGGAK NYANTAI AJA.


Rabu,  6 April 2016

Hari Rabu pagi-pagi sekali saya sudah bangun, di mana itu bukan pagi-pagi sekali tapi paginya pagi banget karena waktu di sana lebih cepat satu jam sedangkan tubuh saya menggunakan waktu WIB. Untung seuntung-untungnya si kembar lucu sudah bangun dan baterainya nggak abis-abis, bahkan satu jam sebelum dzuhur saya aja udah tepar di atas kasur dan memejamkan mata sampai akhirnya mamah ngajak ke mall.

APA? KE MALL?

MALL?

seketika kaya orang nggak pernah ke mall karena di kota tempat tinggal nggak ada mall. Ya meskipun orang-orang menyebut saya anak alam sesungguhnya saya pun butuh menghirup udara mall juga kan.

EHEM.

Malamnya, berangkatlah ke rumah kakak dari mamah yang berarti adalah om saya untuk menghadiri acara adat  yang yaudahlah ya saya nggak gitu penasaran karena belum ada bayangan bakal berjodoh dengan orang Makassar yang it's mean kemungkinan nikah pakai adat Makassar kecil banget.

NGOMONG APAAN SIH.

Kamis, 7 April 2016

It's kondangan day! Dengan prinsip "datang untuk makan" dan makeup super tebal yang bikin saya juga risih dengan wajah sendiri. Persiapan kondangan dari pagi ditambah stay di tempat kondangan cukup lama bikin saya pulang-pulang tepar dan memutuskan untuk mengambil langkah ke kasur sedangkan mamah dengan energiknya pergi ke pasar sentral. Bahkan sore-sore ketika saya sudah berkeringat goreng perkedel  (penting banget dibahas?) lalu mandi, mamah belum pulang-pulang juga kaya Bang Toyib.

Akhirnya menjelang maghrib saya nyegat keponakan untuk nganter ke Pantai buat mewujudkan keinginan saya nonton sunset di Pantai Losari.

"Gi, anterin ke pantai!"

"Sekarang?"

"Iya."

Setengah jam kemudian...

"ANAK COWO MANDINYA LAMA AMAT NGAPAIN AJA DA AH!!"

Tapi Alhamdulillah Ya Allah, dengan kekuatan bulan motor akhirnya kesampaian nonton sunset di pantai Losari. Tiba-tiba saya berniat bangun kos-kosan di pinggir pantai. Kan enak tuh tiap hari nonton sunset di pusat kota.

#JiwaAnakKosan
#AnakKosButuhPemandanganBagus
 
Sesaat sebelum matahari terbenam


Sesaat setelah matahari terbenam


Jumat, 8 April 2016

Lagi-lagi pagi saya dihiasi mandi pagi karena bakal pergi ke rumah saudara juga ziarah ke makam nenek. Tapi emang bandel, di saat tante-tante saya masak untuk acara baca doa, saya dan mamah kabur naik bentor ke mall. Dengan tidak berdosanya kita ngelilingin Mall Panakkukang yang luasnya 10000 kali lipat dari kamar kos saya,

"Ga, mau ke mana lagi?"

"Tenang sih nggak bakal nyasar."

BUSET NI MALL APA JALAN TIKUS BANYAK BENER GANGNYA :(

Dari mall mampir ke Masjid Al Markas sampai akhirnya ditelepon supaya cepetan kembali untuk baca doa dan pergi ziarah. Pulang-pulang tepar gara-gara seharian panas-panasan. Asli panasnya bikin pengen tobat, jadi keinget panas ini belum seberapa seperti di akhirat #MasyaallahUkhti

Sabtu, 9 April 2016

MARI KITA PIKNIK!
Piknik besar-besaran menuju Bantimurung yang jaraknya sekitar 1,5 jam dari makassar. Semua anak-anak udah siap sama perlengkapan renangnya. Perjalanan menuju Bantimurung ini indah sekali sayang nggak mood motret toh lensa terbaik yang ada di dunia ini kan mata ya, biarlah saya tangkap menggunakan lensa mata dan saya simpan di memori hati terdalam.

CIE.


Selamat datang di Bantimurung :)









Selama 22 tahun hidup baru kerasa yang namanya piknik dengan menggelar tikar, membawa rantang-rantang makanan dan anak-anak kecil yang lari ke sana sini. Orang-orang mah mandi-mandi, saya keliling-keliling aja.

#AntiRibet
#NggakMauRibetBilasnya
#NggakMauRibetKecualiDiPantai
#AkuCintaPantai

Menjelang maghrib kita baru sampai lagi di rumah dan baru juga turun kita udah meluncur lagi buat malam mingguan di Pantai Losari.Terus jadi kepengen pacaran di sini....

((( Astaghfirullah )))

Minggu, 10 April 2016
 
Entah mungkin karena waktunya yang kurang lama atau udah terlanjur betah, yang jelas kepulangan kali ini bikin hati lumayan tersayat dan sedih tak terelakkan. Mendadak saya sadar bahwa bandara memang tempat yang begitu sensitif dan penuh derai-derai air mata, karena perpisahan memang tidak pernah menyenangkan. Pesawat mengantarkan saya kembali ke tanah Jawa, dan kali ini saya pulang dengan memori manis yang membuat saya ingin kembali.

Comments