Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

[ REVIEW ] Film Korea Pure Love/Unforgettable

Belakangan ini, zaman berubah. Kita hidup pada zaman di mana anak-anak balita udah pada tahu cara main handpone dan laptop, anak-anak bayi udah pada punya instagram, dan parahnya anak-anak kecil udah pada kenal film dewasa.


*deep sigh*


Dari segala perubahan yang beraneka ragam, kita tidak boleh lupa bahwa saat ini sedang hidup di zaman yang serba mahal dan bergengsi: punya gadget bagus merupakan keharusan biar nggak ketinggalan zaman, pergi piknik biar bisa pamer foto dan dapet banyak like di instagram, atau nongkrong di kafe-kafe yang desainnya lucu banget dengan harga makanan dan minuman yang nggak dompetsiawi.

(dompetsiawi)

(bahasa apaan)

Ya.. bahkan kota tempat saya tumbuh dan berkembang juga terbawa zaman....

Sebagai seseorang yang juga ingin mengikuti perkembangan zaman, pada Hari Sabtu hati saya tergerak untuk melakukan ritual anak-anak remaja pada umumnya saat malam minggu: nongkrong di kafe. Setelah galau-galau karena kangen temen-temen (baca di sini), dengan ringan jempol saya mengetik pesan mengajak mereka nongkrong di malam minggu. Emang dasarnya udah nasib, entah mau piknik, entah mau nongkrong gaul, selalu aja ujungnya kebagian nentuin tempat. Dikira gampang kali ya milih-milih tuh. Kalau emang gampang saya udah bikin buku nikah daripada skripsi. Karena memilih itu nggak gampang.

Pfffftttt.

But thanks buat orang-orang yang udah nge-review tempat nongkrong di Purwokerto, karena yeah, saya dapet banyak referensi tempat nongkrong dengan desain tempat yang kece-kece dan dari 98% tempat itu saya nggak ngerti kapan berdirinya serta keberadaannya di mana. Tapi pas tahu harga menu di kafe-kafe Purwokerto zaman sekarang cuma bisa geleng-gelengin kepala dengan tatapan hampa.

"Damn... saya nggak rela ngeluarin duit segini buat makanan dan minuman.".

Tipe orang jelas beda. Ada yang rela mengeluarkan uangnya buat makanan dan minuman yang penyajiannya lucu-lucu dan rasanya enak karena emang seneng kuliner. Tapi saya enggak gitu. Bukan berarti nggak suka, sesekali iya kok saya pergi ke kafe-kafe lucu, tapi bener-bener jarang. Dan saya kaget karena di zaman ini nongkrong di Purwokerto ternyata merogeh kocek yang lumayan. Kesel. Saya bener-bener nggak bisa ngikutin perubahan zaman yang ini karena yah... uang buat nongkrong itu bisa saya pake buat beli bensin terus piknik. Udah puas dan memorinya awet. Emang selera orang itu masing-masing, nggak bisa dipaksain.

Saya akhirnya menentukan satu tempat nongkrong yang walaupun harganya memang segitu lah bikin saya nggak ikhlas, tapi tempatnya worth it lah sesuai selera saya. Sayangnya Tuhan memang mendukung saya yang jadi anak alam aja daripada anak kafe. Malam minggu waktu itu gerimis syahdu. Rencana membuang uang gagal (macam udah kaya pokoknya lah membuang uang) dan akhirnya saya berakhir di kamar, ngeliatin laptop.

Malam itu saya nonton film korea yang berjudul Pure Love/Unforgettable.

HAHAHA MAU REVIEW FILM AJA PEMBUKAANNYA PANJANG BENER PAKE CURHAT DULU HAHAHA.

*salaman*

*mohon maaf*

Sebelum membuka review film ini, mohon jangan berekspektasi tinggi bahwa saya akan review dengan profesional. Jangan sekalipun kalau nggak mau berujung kecewa. HAHAHA.

DAN HATI-HATI KENA SPOILER.

Saya udah semaksimal mungkin biar review ini jatuhnya nggak spoiler karena saya tahu manusia yang paling dilaknat manusia lainnya adalah yang suka spoiler. Tapi yang menulis hanya bisa berkehendak, pembaca yang menentukan.


Film Pure Love dibintangi oleh Kim So Hyun dan D.O EXO. 


Saya tahu film Pure Love karena pemeran utama prianya adalah personel EXO, tapi bukan D.O alasan saya menonton ini. Malah kayanya alasan saya mau nonton film Pure Love karena pemeran cewenya deh. Gimana ya, saya udah suka aktingnya Kim So Hyun yang masih 16 tahun ini sejak drama Korea School 2015 dan Page Turner. IMO, akting Kim So Hyun terbilang bagus banget di umur segitu. Dan yah.. nonton film Korea yang saya tahu pemerannya lebih enak aja. Selain itu, film ini release nggak jauh dari hari valentine kalau nggak salah, kebayang lah ini pasti film cinta-cintaan romantis.

Kan pas tuh, gerimis syahdu, film cinta-cintaan mellow, dan rasa rindu ingin bertemu dirinya bersatu di malam minggu.

HAHAHAHA.

DIRINYA.

HAHAHAHA.

Scene awal dibuka dengan pemandangan kota Seoul dan suara penyiar radio yang lagi mengudara. Syahdu banget lihatnya, kesan pertama benar-benar menjanjikan. Scene lalu berpindah ke seorang penyiar yang lagi diomel-omelin PD-nya karena suka seenaknya sendiri pas siaran nggak baca naskah (YA IYALAH GILA AJA DIA PIKIR DIA PENYIAR KELAS DEWA) (YA MUNGKIN EMANG UDAH KELAS DEWA) (BIARIN AJA) (YA UDAH KENAPA JADI KESEL). Akhirnya, siarannya malam itu dimulai dengan tidak biasa karena si penyiar tiba-tiba taubat nasuha dan baca naskah yang syahdu banget.




"Ada dua orang penjahat di penjara sedang melihat ke luar jendela. Mereka berbagi tempat dan udara yang sama. Tetapi penjahat yang satu melihat ke atas tanah penuh lumpur dan yang satunya lagi melihat ke langit penuh bintang.

Kamu yang mana? Melihat ke tanah atau langit berbintang?"

*jleb jleb jleb jleb jleb jleb*

Film ini secara garis besar berlatar waktu di musim panas tahun 1991, berkisah tentang lima orang sahabat yang tinggal di suatu desa yang jauh dari kota. Bahkan untuk ke kota, mereka harus menyebrangi lautan menaiki perahu tapi untung nggak melewati lembah karena nanti film ini malah jadi Ninja Hatori The Movie.

Tiga dari lima orang sahabat bersekolah di kota dan musim panas tahun 1991 saat libur sekolah tiba, mereka pulang ke desa dan musim panas tidak pernah sama lagi sejak saat itu (halah).

Balik lagi ke penyiar yang tadi lagi mengudara, malam ini dia membaca naskah berupa surat dari seseorang yang ternyata dia kenal dan membuatnya sempat terdiam. Surat dari seseorang yang membuat musim panas tidak pernah sama lagi. (duh suka sih sama kalimat musim panas tidak pernah sama lagi HAHAHAHA APAAN SIH).


D.O Kyungsoo as Beom Sil. 

Kim So Hyun as Soo Ok 



Yeon Joon Seok as San Dol 



Joo Da Young as Gil Ja 


Lee David as Gae Deok 


Latar waktu cerita pada tahun 2016 berganti ke tahun 1991, dimulai dari scene Soo Ok yang teriak-teriak dan dadah-dadah ke perahu yang membawa Beom Sil dan Gil Ja pulang kampung untuk libur musim panas. Dengan absurd tiga orang ini loncat ke air terus peluk-pelukan heboh sambil ngambang, ditambah dengan sesosok teman dengan ciri khas berambut keriting bernama Gae Deok yang tiba-tiba muncul dan ikutan ngambang di air.




Setelah puas ngambang-ngambang, mereka jalan pulang dan Soo Ok digendong Beom Sil. Wah wah apaan nih, spontan saya komentar "ngapain Kim So Hyun digendong-gendong D.O sih manja amat” pakai nada kesal. Terus teman-temannya rebutan gendong Soo Ok juga dan ditolak sama Beom Sil padahal mukanya kaya manusia di ujung kematian gara-gara cape gendong Soo Ok. Dari sini penonton udah bisa langsung nebak kalo ini adalah kisah "nggak ada yang murni dari pertemanan cewe dan cowo.". Beom Sil suka sama Soo Ok. Dan entah kenapa D.O ini kalau memainkan peran suka sama seorang gadis diam-diam sejak di drama EXO Next Door karakternya dapet banget. 




Akhirnya Beom Sil nggak bisa berkutik lagi waktu Gil Ja yang minta buat gendong Soo Ok. Dan di situ saya baru tahu kalau di sini ceritanya si Kim So Hyun ini pincang.

*istighfar banyak-banyak*

*udah suudzon duluan kenapa main gendong-gendong aja*

Suudzon itu tidak baik, jamaah~~

Yap, cerita di sini Kim So Hyun berperan sebagai Soo Ok yang (maaf) cacat dengan kepribadian polos dan lugu yang memiliki empat orang sahabat baik yang berada di sisinya. Cita-cita Soo Ok adalah menjadi seorang DJ dan tiap malem dia mendengarkan radio sambil merekamnya di kaset lalu berbicara seolah-olah DJ yang membawakan acara itu.




Yang Soo Ok nggak tahu, setiap malam Beom Sil selalu nempel tembok di luar kamarnya buat dengerin suara radio dari kamarnya. Senyum D.O sambil nempel tembok itu bikin meleleh berceceran di lantai banget.




“Musik tidak berkaki, tetapi bisa terbang ke belahan bumi yang di sini ke belahan bumi yang di sana. Dapat disiarkan dan di dengarkan hingga ke tempat yang sangat jauh. Jika aku menjadi DJ, suaraku bisa terdengar ke sini dan ke sana.”

Suatu hari pulanglah sahabat mereka yang lain, San dol, yang tadinya dikira nggak pulang karena menjadi atlet marathon di sekolah tapi kakinya cedera jadi mungkin itu alasan dia tiba-tiba muncul di hadapan teman-temannya. Mereka berlima duduk syahdu di pantai mendengarkan Soo Ok nyanyi. Oke, di sini ceritanya mulai ketahuan: cinta segitiga. Kamera menyoroti San dol yang tersenyum menatap Soo Ok diam-diam lalu kamera ganti menyorot Beom Sil yang kali ini gantian menatap Soo Ok.






Jadi, apakah ini beneran kisah cinta segitiga? Iya, tapi unsur cinta-cintaan di film ini bisa dikatakan sedikit. Sisanya? Persahabatan. Yang bikin terharu dan tersenyum, lalu menangis.

Konflik cerita di film ini dimulai saat seorang dokter yang lagi praktek di desa itu memberi harapan bahwa kaki Soo Ok bisa dioperasi dan menjadi normal. Konflik sederhana namun membuat cerita film ini yang awalnya manis menjadi porak-poranda.





Ya, harapan selalu mengandung dua pilihan: membuat kita hidup atau justru membunuh kita.


MY REVIEW

Saya harus bilang kalau cerita dari film Pure Love ini sebenarnya bagus. Sayangnya  selama dua jam menonton film ini saya lebih banyak merasa bosan dan ingin filmnya segera selesai, antara karena script-nya terlalu bertele-tele atau eksekusinya kurang nendang. Menurut saya film ini kurang memberi kejutan naik turun dan terkesan datar sehingga dua jam menonton berasa kaya udah bertahun-tahun nontonnya. Selesai nonton nengok kanan kiri tiba-tiba udah udah punya cucu. 

Adegan-adegan yang seharusnya menjadi kunci dari film ini bener-bener kurang klimaks. Saya nggak ngerasa emosi mencapai puncaknya ketika persahabatan mereka tiba-tiba berantakan. Saya nggak ikut kebawa perasaan waktu Soo Ok dan Beom Sil hujan-hujanan di perahu dan melakukan adegan “cium payung".

FYI sih, adegan “cium payung” ini sempet diributin sama kru karena sebagian setuju mereka ciuman beneran sebagian bilang “cium payung” ini lebih emosional. WAIT.. KIM SO HYUN MASIH ENAM BELAS TAHUN GIMANA BISA DIA DIIZININ CIUMAN HAH HAH WAH NGGAK NGERTI LAGI KALAU JADI CIUMAN BENERAN. Tapi jelas seluruh tim akan memikirkan nasib produksi film mereka kalau membiarkan D.O ciuman karena fans EXO itu selain banyaknya nggak masuk akal, galaknya juga nggak diragukan lagi. Bisa-bisa film Pure Love dicekal sama fans karena nggak rela idolanya ciuman.

#DontTouchMyOppa

Dan adegan terakhir di mana harusnya penonton digiring buat nangis, saya cuma sempat ngeluarin air mata tapi nggak turun sampai pipi. Kaya ya udah sedih tapi gitu aja. Mungkin karena saya kaget sama akhir dari cerita Soo Ok dan mulai kurang suka waktu dia nggak bisa nerima kenyataan ayahnya nggak ngizinin operasi. I mean, Soo Ok udah hidup belasan tahun dengan keadaan seperti itu dan segalanya baik-baik aja. Dia punya ayah, sahabat-sahabat, dan tetangga yang sayang sama dia tapi tiba-tiba dia nangis-nangis teriak ke Ayahnya kalau ingin bisa jalan normal supaya nggak jadi beban lagi. Well, ini berarti akting Kim So Hyun berhasil karena saya jadi kesal dan bikin saya kaya emak-emak nonton Cinta Fitri, nunjuk-nunjuk layar sambil komentar gemas.



Yah.. memang manusiawi. Sesabar-sabarnya manusia, ada masa di mana dia lelah juga sama kesedihan yang selama ini ditanggungnya.

Untuk pendalaman karakter, akting Kim So Hyun sebagai Soo Ok udah nggak usah diragukan lagi. Menurut saya dia sudah memerankan karakternya dengan sangat baik. Akting D.O sendiri menurut saya nggak bisa dikatakan bagus banget karena bagi fans EXO, karakter asli dari D.O sendiri nggak jauh berbeda dari Beom Sil yang pendiam, jadi terkesan biasa aja nggak ada peningkatan. Pendalaman karakter Beom Sil seharusnya masih bisa di-push lagi. Dengan kata lain akting D.O ya cuma bagus aja. Kaya kita udah bisa nebak dengan karakter dia di film Pure Love akting dia bakal kaya gitu.

Sedangkan pendalaman karakter tiga orang sahabat Soo Ok dan D.O parah sih bagus banget menurut saya! Meski bukan pemeran utama, mereka berhasil memerankan karakter sebagai sahabat yang baik dan tulus, terutama yang memerankan Gil Ja. Tanpa banyak dialog pun saya bisa lihat jelas ketulusan Gil Ja menyayangi Soo Ok di film ini. Karakter Gae Deok juga dapet banget sebagai manusia yang terlihat nggak berguna tapi benar-benar berhasil menunjukkan ke penonton betapa dia orang yang setia kawan. Sedangkan untuk pemeran San dol, sayang banget dia nggak dapet banyak kesempatan buat mengeksplor karakternya. Padahal ketika scene dia sedih, justru saya bisa merasakannya sampai ke hati tembus kemana-mana (apa).

Joke di film ini menurut saya natural banget dan porsinya pas, nggak kurang alias garing nggak kelebihan juga yang jatuhnya lebay. 

Untuk adegan-adegan memorable di film Pure Love, saya menempatkan adegan saat Soo Ok pengen ikut lomba nyanyi untuk dapetin salah satu hadiah. Karena hal itu, sahabat-sahabatnya naikin Soo Ok di gerobak dan lari-lari buat bawa dia ke acara yang hampir selesai sedangkan San Dol lari duluan untuk menghalang-halangi selesainya acara. Melihat mereka berempat senyum dengan cucuran keringat dimana-mana pas Soo Ok naik panggung itu terharu seterharu-terharunya!!! 






Meski menit-menit akhir saya nggak berhasil sedih tapi ada satu scene yang memorable waktu Beom Sil, Gil Ja, Gae Deok, dan San Dol makan ayam terus langsung nangis-nangis teringat momen sama Soo Ok. Dan akting pemeran San Dol pas nangis di scene ini adalah pemicu utama saya kerasa sedih. Tuh kan, masih bisa di-push lagi karakter San Dol nih!

Walau film Pure Love menggunakan alur maju mundur cantik (karena film ini meceritakan kisah lima sahabat 23 tahun yang lalu), saya bisa menikmati dengan baik keseluruhan alur cerita ini karena penempatannya pas.

Akhir kisah Soo Ok di film Pure Love benar-benar nggak ketebak. Dengan judul yang manis banget, ditambah ini adalah film yang sengaja ditayangkan di bulan kasih sayang, mudah bagi saya mengira kalau ini adalah film cinta yang romantis. Ternyata ceritanya berbeda dengan imajinasi saya dan bener-bener nggak nyangka ending filmnya. Ini yang bikin film Pure Love bisa dikategorikan bagus menurut saya.

Film Pure Love memberi sisi yang lain bahwa sebuah cinta sejati yang murni tidak hanya terjadi pada sepasang kekasih, tetapi juga pada sahabat yang kita miliki.

Dan mampu menerima kekurangan seseorang, adalah cinta sejati yang sebenarnya.



Sudahkah kamu berada di sisi orang terkasih? Karena keberadaan kamu di sisinya adalah surga yang sebenarnya.


Bonus spoiler:





Comments

  1. coba review drakor abyss dong kak,.. dan drakor yg baru baru lainnn

    ReplyDelete
  2. Haloo, aku udah menulis beberapa review drakor lain di blog ini, kalau Abyss emang belum nonton hehe. Segera ditonton dan di-review! :)

    ReplyDelete
  3. Padahal sudah nonton
    Tapi mmbaca reviewnya ttp sedih ;((

    ReplyDelete
  4. Yg jadi pertanyaan, pengirim kisah itu ke acara radio itu siapa sik? Gil ja ya? Apa san dol?

    ReplyDelete

Post a Comment

Berikan komentarmu untuk tulisan ini, yuk! Btw kalau mau komen bisa lewat PC ya :)