Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Billion Stars Hotel at Kosakora Hill

"Ayo kita piknik ke Hawai!!”



Berawal dari obrolan ringan dan singkat di grup whatsapp kelas, dilanjutkan dengan sedikit perdebatan waktu dan siapa saja yang ikut, akhirnya Jumat 22 Mei, dengan hanya tersisa delapan orang (setelah sebelumnya yang mendaftar ikut lumayan banyak) saya dan teman-teman sekelas berangkat sekitar pukul 16.30 menuju pantai dari Jalan Wonosari.

Sialnya (yang kemudian hal ini menjadi komedi), sampai di daerah Patuk ada razia polisi di jalan alternatif sehingga empat orang harus terjebak sedangkan empat orang lainnya berhasil lolos karena lewat jalan utama. Tapi karena kebetulan kita perginya saling tukar menukar motor tanpa menukar STNK, kita yang lolos akhirnya menyusul teman-teman yang terkena razia. Lucunya, yang harusnya jadi pahlawan justru kena tilang juga.

Ahelah.

Setelah tragedi tilangan yang cukup menguras tenaga dan waktu, perjalanan dilanjutkan. Tujuan kita  adalah ke Puncak Kosakora. Lokasi yang kita tuju adalah sebuah bukit di timur Pantai Drini.

Wow wow wow wow!!

Menurut informasi, ada dua cara menuju ke Bukit Kosakora: kalau laut sedang surut bisa susur pantai, tapi kalau laut pasang harus melewati dua bukit. Karena kita sampai di Pantai Drini selepas maghrib dan menuju Puncak Kosakora setelah isya, dengan diantar penduduk setempat kita melewati cara pertama alias susur pantai.

Kita udah kaya punya jurus jalan di atas air melewati tiga pantai yang saya lupa apa aja nama pantainya.


Tema piknik kita memang Hawai santai, nggak banyak rencana sama persiapan, sampai senter aja nggak bawa. Mau nggak mau, dengan penerangan handpone seadanya kita mulai berjalan melewati jalan curam yang cukup jauh. Pas sampai di bawah bukit persis barulah bapak yang mengantar pamit hanya sampai di situ, karena kita cuma tinggal ngikutin jalan naik bukitnya aja.

Sebenernya bukan cuma sih, karena naik bukit yang lumayan curam di tengah malam tanpa penerangan maksimal lumayan juga penderitaannya, bikin mandi keringat. Sampai di atas udah ada tenda lain yang berdiri juga, kita pun langsung membangun tenda dan mulai memasak!

Ini mungkin gelap, tapi ini di atas laut yang surut. Kita lagi susur pantai

Setelah tenda berdiri, kita mulai membuka camilan, memasak mi, bikin minuman hangat sambil nyanyi-nyanyi. Kita menghabiskan sepanjang malam buat nyanyi-nyanyi lagu mellow yang bikin baper. Hingga akhirnya tengah malam satu per satu tumbang, mulai masuk ke dalam tenda. Saya sempet atur posisi tidur di tenda dan menyadari saya nggak bisa gerak tidurnya. Untung ada aroma roti bakar yang dibikin sama teman yang masih belum tidur di luar tenda, akhirnya saya keluar nyamperin tiga orang temen yang masih belum tidur. Bukannya tidur, kita berempat malah lanjut main kartu meski dingin sudah menusuk-nusuk. 

Akhirnya kita memutuskan tidur dengan keadaan pintu tenda terbuka karena memang ukuran tendanya nggak muat untuk empat orang. Dan posisi kita sungguh absurd: kaki di dalam tenda dan kepala di luar beralaskan matras dengan suara ombak yang samar-samar. Langit malam itu cerah, bintangnya terlalu sayang untuk didiamkan begitu saja sehingga malam itu kita memutuskan tidur beratapkan ribuan bintang. Sambil nunggu benar-benar terpejam, gitar masih dipegang dan kami masih bernyanyi pelan. Sampai akhirnya...... salah satu teman iseng nyanyi lagunya Gombloh tapi liriknya diganti seenak jidat, “Malam itu, pukul satu, aku tidur di rumahmu.. ditemani Bapakmu.. dan juga ibumu.. ternyata aku kakakmu, dan kamu adikku...”  kita gagal tidur gara-gara ketawa dan ngulangin lagu itu terus, sementara yang nyiptain lagu itu aja sampai heran sama dirinya sendiri yang begitu absurd menciptakan lagu.

Bangun tidur melihat pemandangan ini, Alhamdulilah :)




Paginya, mulai terdengar suara gaduh disambut dingin yang menusuk-nusuk. Yang tidur di dalam tenda bangun dan ribut karena pengen pipis (di sana belum ada fasilitas toilet). Pas nyawa kumpul semua, kita mulai ribut sama urusan masing-masing: ada yang kedinginan, ada yang pengen buang air, ada yang pegel-pegel, ada yang udah pengen foto. Setelah memuaskan diri dengan berbagai pose, kita memutuskan segera turun dan menuju rumah salah seorang teman di daerah Playen untuk sarapan. Kita lelah, tapi kita bahagia. Bahagia banget. Ini udah bulan-bulan terakhir kita bareng, btw.

#HidupMahasiswaTingkatAkhir







Terima kasih untuk kenangannya di bawah ribuan bintang!

Sampai jumpa di lain liburan :)

Comments