Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Perihal Patah Hati

Cinta selalu punya cara untuk memisahkan dua manusia yang tidak berjodoh. Dan jika saat itu tiba, yang diperlukan manusia yang merasa paling terluka adalah pergi. 


Saya pernah kehilangan seseorang yang amat dicinta. Kehilangan itu membuat hati saya patah dan nyaris tidak bisa ditata ulang. Saya mencari obat yang bisa menyatukan hati patah ke seluruh tempat, namun yang saya perlukan bukan itu. Saya hanya butuh pergi. Melakukan perjalanan, menjauh, sejauh apapun agar tidak melihat seseorang yang begitu saya kasihi lagi. Singkat kata, saya lari dari rasa sakit.

Suatu hari, saya patah hati kembali. Hari-hari dihabiskan dengan membuka lembar demi lembar sebuah novel terbaru karya Tere Liye berjudul Rindu. Salah satu tokoh dalam cerita bernama Ambo Uleng, pelaut yang pergi dari kotanya untuk berlayar sejauh mungkin tanpa tahu arah adalah laki-laki yang patah hati. Gadis yang dicintainya dijodohkan dengan laki-laki lain dan Ambo Uleng terlalu sakit untuk melihat pernikahan itu. Maka Ambo Uleng pergi, membawa rasa sakitnya ke tengah lautan. Yang dia butuhkan hanyalah pergi.



Setelah berkutat dengan novel beberapa hari, saya menonton sebuah film Thailand berjudul Timeline. Diceritakan Tan dan June adalah sepasang sahabat saat kuliah. Hari demi hari, mulai timbul perasaan cinta di hati June untuk Tan. Sayangnya, Tan justru menyukai perempuan lain dan mengejar mati-matian, tidak menyadari June yang mencintainya. June yang memang berprestasi, mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Jepang. Melihat Tan yang tak kunjung menyadari cintanya, June memutuskan menerima beasiswa, membawa rasa sakitnya ke Jepang.





Sesungguhnya, manusia yang patah hati hanya butuh pergi.

Walau kepergian itu justru membuat yang hilang akan semakin hilang.

Comments