Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Cerpen: Lupa



Seluruh wajah sudah kupoles. Rambut panjangku sudah rapi bagai bintang iklan shampoo. dengan dress kuning muda yang membalut tubuh, aku yakin sudah amat cantik. Sampai-sampai aku tak henti memandang diri di kaca.

Ting.. tong..

Bel rumahku berbunyi. Aku berlari untuk melihat siapa yang datang. Kebetulan di rumah hanya aku dan kakak laki-lakiku yang sedang tidur. Tanpa melihat dari balik jendela, aku membuka pintu.

“Farhan?”

Seorang laki-laki tinggi tegap menawarkan senyum teramat manis. Rambutnya agak dibiarkan berantakan, tetapi tidak menganggu mata sama sekali. Dengan kemeja warna biru yang lengannya dilipat, dia tampak memesona. Aku terpana beberapa saat sebelum membiarkannya masuk.

Sudah lama aku tak melihatnya. Aku dan Farhan satu sekolah saat SMA dan setelah tiga tahun akhirnya dia menemukanku. Tentu rasa bahagia merasuki seluruh tubuhku. Memori-memori tentang kami seolah muncul kembali ke permukaan.

“Kamu terlampau tambah cantik, Marsha.”

Aku tersipu. Farhan bahkan lebih tampan. Dulu ia biasa saja, nyaris tertutup dari pandanganku. Lalu kini  dia menjelma rupawan dan membuatku salah tingkah. Bahkan jantungku tiba-tiba turut campur, berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Kenapa kamu bisa tiba-tiba menemuiku?”

“Mungkin waktunya memang sudah tiba.”

Entah bagaimana, aku tidak bisa menyangkal dari waktu. Kami bercerita banyak sekali, sampai-sampai hatiku merona, menjalar dengan cepat meracuni seluruh tubuh. Semudah itu jatuh cinta pada Farhan. Kini ia menjadi sangat mandiri, lebih baik hati dari masa sebelum ini, dan mengenal Tuhan dengan baik. Perempuan mana yang tidak terkagum-kagum. Aku rasa aku menyukainya.

Kriiingg..

Dua jam kemudian telepon rumahku berdering. Aku bergegas mengangkat gagang telepon. Wajahku menjadi pucat pasi.

Aku lupa. Dua jam lalu aku berdandan karena ada kencan dengan kekasihku.

Comments