Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Banyuwangi Part 3: Jatuh Hati di Baluran

Baluran


Memasuki Bulan April lalu saya jadi drama karena ada banyak hal yang ingin saya rayakan. Soalnya, saya adalah seorang Virgo yang pandai mengoleksi kenangan. Mungkin buat beberapa orang hal-hal kaya gini tuh berlebihan.

"Yaelah yang udah berlalu ya biarin aja berlalu."

Ya memang. Cuma saya suka aja mengingat hal-hal baik dan berkesan yang terjadi minggu lalu, bulan lalu, atau bahkan tahun lalu. Dan buat saya, segala hal berkesan yang terjadi dalam hidup perlu dirayakan.

Termasuk momen satu tahun bergantinya kehidupan alias resign.

April 2018 lalu ada hari-hari di mana saya daftar kerja di tempat baru, detik-detik saya bilang mau resign dari kantor sebelumnya, menghitung mundur perpisahan, sampai akhirnya menginjakkan kaki di kantor baru.


Yah buat saya, momen pindah, apapun itu, selalu sulit. Apalagi pindah dari sebuah lingkungan yang pada akhirnya disebut 'Zona Nyaman'. Saking sulitnya move on, sepanjang tahun 2018 setiap bulannya saya 'pulang' ke dua rumah. Satu, ke rumah orangtua. Dua, ke kota di mana saya kerja dulu buat ketemu temen-temen. Lalu kemudian semuanya berubah. Tahun 2019 ini saya baru satu kali 'pulang' ke kota saya kerja dulu.

Ternyata saya bisa meninggalkan zona nyaman dan menyenangkan di kantor itu. Katanya sayang, tapi ternyata bisa ninggalin juga. Basi emang.

Jadi untuk segala keputusan saya tahun lalu, untuk segala jatuh bangun move on yang saya alami, untuk segala proses adaptasi di lingkungan baru, saya memilih membahagiakan diri sendiri.

Dan perjalanan ke Banyuwangi adalah cara saya merayakan satu tahun resign dan berani keluar dari zona menyenangkan.


Hari itu di Banyuwangi, saya bersenang-senang.

Setelah tidur cukup, pagi-pagi buta saya bangun tidur dengan bahagia. Menurut itinerary, pagi ke-dua di Banyuwangi akan saya nikmati  dengan melihat sunrise di Pantai Boom.

Sayangnya Rosi saat itu kedinginan dan merasa butuh istirahat lebih. Mau nggak mau saya dan Difara berdua aja berboncengan menuju Pantai Boom yang cuma 15 menit dari homestay. 

15 MENIT AJA DAN UDAH DAPET SUNRISE YANG LUAR BIASA!!!



Matahari terbit tepat ketika saya dan Difara memarkir motor. Setelah membayar tiket masuk Rp10.000, Kita langsung lari-lari menuju pantai dan sangat-sangat senang karena nggak ketinggalan menyaksikan matahari terbit.

Pagi itu, saya terpukau. Bagus banget matahari pagi di Pantai Boom. Satu di antara pagi yang nggak pengen saya lupakan. Mungkin bukan cuma karena pemandangannya, tapi juga momennya.

Pantai Boom Banyuwangi

Pantai Boom Banyuwangi


Saya dan Difara nggak berlama-lama di Pantai Boom. Kami langsung balik homestay setelah matahari mulai meninggi dan Alhamdulillah kondisi Rosi udah lebih baik. Karena masih cukup pagi dan jadwal selanjutnya ke Baluran masih sekitar 1,5 jam lagi, kami akhirnya nyantai dulu di atas kasur sambil puter lagu Korea.

"Take my hands now, you are the cause of my euphoria~"

Pagi kami diisi dengan lagu BTS dan dance cover Boom Boom ala Difara. Dan akhirnya, lagu Euphoria milik BTS menemani sepanjang perjalanan saya menuju Baluran.

Difara naik motor sama Rosi. Saya menyetir sendirian dalam perjalanan kurang lebih satu jam lebih ke Baluran. 

"Naik motor, sendirian, bukan di kota sendiri..."

Saya lagi menikmati nyetir di sepanjang jalan, tiba-tiba melihat pemadangan warna biru di sisi kanan.

LAUT!!!!

Yap, biru laut dan langit terbentang indah di sisi kanan saya. Di saat itulah saya sadar, setelah berlelah-lelah kemarin sampai badan yang nggak pernah olahraga ini sakit usai mendaki sampai Kawah Ijen, hari ini saya harus bersenang-senang. Menyenangkan diri sendiri. Menyetir motor di kota yang jauh dari tempat saya tinggal, bersenandung lagu Euphoria sampai euphoria perjalanan ini benar-benar selesai.

OKE SEKALI LAGI~

TAKE MY HAND NOW, YOU ARE THE CAUSE OF MY EUPHORIA~~~~

Butuh waktu sekitar satu jam dari homestay menuju Baluran dan kami sampai tepat sesuai waktu di itinerary. Setelah membayar tiket masuk Rp23.000, kami melanjutkan perjalanan yang seharusnya memakan waktu satu jam. Sebelum berangkat ke Banyuwangi saya sempet googling, perjalanan menuju Savana Bekol aksesnya sulit dan banyak monyet di sepanjang jalan. Sejujurnya saya rada deg-degan karena bawa motor sendiri saat itu. Tapi setelah beberapa menit di perjalanan saya jadi bingung. Katanya aksesnya sulit, tapi ini kok jalannya halus banget.

Ternyata sejak Desember 2018 jalan menuju Baluran sudah diaspal, bahkan sampai Pantai Bama. Beruntung mereka yang pernah ke sana sebelum Desember 2018, beruntung kami yang ke sana setelah Desember 2018.



Begitu lihat Baluran, dan saya tau ini norak, saya seneng banget karena akhirnya mendatangi tempat yang selama ini cuma bisa liat gambarnya aja.

"OH INI THO BALURAN YANG ADA DI IG IG ITU!!!"

Lalu saya merasa seperti Raisa dalam video klip 'Jatuh Hati' yang jatuh hati di Baluran.

PLIS IYAIN AJA.

Raisa move on.

Baluran

Kami berhenti untuk foto di spot-spot terkenal di Baluran, nggak pakai lama langsung sampai ke Pantai Bama.

Biru.



Ini bukan biru yang sama seperti pantai-pantai yang pernah saya datangi. Ini biru yang berbeda, biru yang baru. Dan setiap biru lautan selalu membuat hati tersentuh.

WANJAAAY BAHASANYA~~

Pantai Bama

Pantai Bama


Tepat jelang matahari di atas kepala kami nggak takut menikmati matahari pantai, foto-foto, duduk-duduk, santuy abis lah pokoknya. Setelah itu balik buat foto sebentar di spot terkenal Baluran karena sebelumnya belum sempet gara-gara antri. Itu pun nggak lama, kami langsung ke Musala buat Salat Dhuhur terus istirahat dulu nyari yang seger-seger dan cemilan di retribusi Baluran.

Setelah membeli minuman dingin dan cilok, saya nyamperin Difara dan Rosi yang udah ambil posisi duduk.

Senyum saya lebar banget karena bakal mengisi perut, tapi kemudian.....

"AAAAAAAA MONYET!!"

Nggak, saya nggak ngatain temen, tapi emang ada monyet mendekat. Ibu penjualnya pun gesit menghampiri dan nyuruh kami pindah tempat duduk.

Bukan apa-apa nih, saya emang takut sama kebanyakan hewan. Bahkan liat gambar ular aja takut :(

Setelah duduk nyaman, akhirnya saya mencicipi cilok yang saya beli di depan retribusi Baluran. Dalam satu kali gigit langsung kaget!

(Eh sumpah clikbait banget kalimat di atas WKWKWKWKWKWK)

MEEN CILOKNYA ENAK MEEEEEEEEN!

Saya yang lagi terkejut itupun akhirnya mengingat-ingat apa aja yang udah saya makan selama di Banyuwangi dan baru ngeh kalau semua makanannya enak. Mulai dari nasi tempong Mbok Wah, sampai soto deket homestay.

AH EMANG BANYUWANGI NIH, TER-LUUUUUVVV!

Setelah cukup istirahat kami akhirnya bersiap-siap untuk pindah destinasi.

Sebelum meninggalkan Baluran saya menengok sekali lagi, melihat sekali lagi, dan bahagia sekali lagi.

Till we meet again, Baluran. Mungkin someday bakalan ke Baluran lagi. Aamiin! Sekarang cari jodoh dulu biar kaya orang-orang.

Dan tentu saja biar nggak jadi bahan julid netizen.


Waduk Bajulmati


Selanjutnya kami ke Raja Ampat versi Banyuwangi yaitu Waduk Bajulmati. Iyaaaa, view-nya anggap aja kaya Raja Ampat. Kan boleh ya imajinasi dulu, siapa tau besok-besok kesampaian.

Waduk Bajulmati


Saya, Difara, dan Rosi nggak lama di Waduk Bajulmati. Setelah mengamati keindahan alam bak Raja Ampat sebentar, kita langsung lanjut untuk santai-santai. Pilihan jatuh di Grand Watudodol yang laut warna birunya tadi mengalahkan dunia saya pas perjalanan berangkat.

Karena udah sore dan cape banget, kami menghabiskan waktu dengan duduk-duduk melihat pantai yang ombaknya tenang banget. Tapi tiba-tiba nggak tenang waktu Rosi teriak, "LHO UDAH JAM 5??"

Saya dan Difara auto liat handpone.

Difara sepakat, saya bengong. Jam saya masih jam 4 sore, hellaw.

Ternyata zona waktu di jam saya nggak diperbaharui otomatis hehehehehehehe.

Grand Watudodol


Setelah searching-searching, ternyata pulau di depan kita adalah Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan. Dan pengunjung bisa nyebrang ke pulau itu dengan kapal dari Grand Watudodol.

WOW baik, jadi sudah tidak perlu terkejut lagi ya.

Di Grand Watudodol kita cuma foto bentar, sisanya makan jajan sama menikmati pemandangan.

Grand Watudodol


Jam 5 sore akhirnya kami beranjak dan resmi mengakhiri petualangan dahsyat di Banyuwangi. Sebelum balik ke homestay buat packing, kami mampir ke toko oleh-oleh Annisa. Serius, di situ bisa belanja banyak dengan harga terjangkau. Apalagi Ibu penjualnya juga baik banget! Lokasinya bisa dicari di Google Map kok.

Setelah menyelesaikan perjalanan dari Kawah Ijen hingga Grand Watudodol, saya, Difara, dan Rosi mengemas barang dan kenangan untuk dibawa pulang keesokan harinya.

Setelah pulang kembali, saya nggak punya banyak waktu di kasur memandang langit-langit kamar kos sambil senyum-senyum mengingat perjalanan ini. Karena begitu selesai update status Whatsapp berupa foto di Kawah Ijen, saya mandi dan langsung tidur. Besoknya di Hari Minggu saya bangun dengan keadaan mata berat. Untung badan sama pikiran oke.

BANGUN WOY HARI INI MULAI KERJA LAGI!!!!

Saatnya kembali ke realitas dan rutinitas.

"Selamat satu tahun resign, Elg. Terima kasih karena sudah berani keluar dari zona nyaman, terima kasih karena sudah mau bekerja keras menghadapi dunia yang lain lagi, terima kasih karena ternyata tidak menyesali apa pun."

Comments