Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Kenapa Sih Harus Mengeluh?


Saya punya satu tulisan yang sudah dua bulan nangkring di draft blog. Itu tulisan tentang perpisahan dengan pekerjaan dan orang-orang di kantor pertama saya. Tapi saya belum sempat menyempurnakan tulisan itu. Dan saya nggak mau mem-posting tulisan itu sampai semua curahan hati saya tertulis lengkap. Karena kantor pertama saya itu spesial dan saya ingin menulis yang terbaik tentang masa-masa itu.

Melihat draft tulisan tentang kantor pertama saya dan lingkungan baru yang sedang saya hadapi ini membuat saya jadi teringat suatu hal. Dulu, waktu awal-awal kerja di kantor pertama, saya adalah seseorang yang suka mengeluh. Saya nggak ingat apakah waktu kuliah saya adalah si pengeluh juga atau nggak, tapi kayanya nggak sih. Mau ngeluhin apa juga, kuliah saya tidak terlalu membebani kok.

Muehehehehehehehehe.

Tapi, sejak pertama kali ngerasain kerja di digital agency, sebuah kantor yang orang-orangnya harus tahan banting, saya sering banget mengeluh. Mengeluh karena ide nggak dateng-dateng, mengeluh karena konten nggak kelar-kelar, mengeluh karena revisi tiada henti, mengeluh karena lagi nggak pengen balesin komentar tapi harus bales, dan mengeluh-mengeluh lainnya yang tidak terhitung lagi jumlahnya.

Selama beberapa waktu, yang saya bahas pada teman-teman adalah tentang rasa capek yang saya alami sehari-hari. Terus menerus. Hingga pada suatu hari, pas lagi makan bakso (penting banget dibahas karena baksonya enak di depan Terminal Condong Catur Jogja ya guys), tiba-tiba saya capek curhat kalau saya lagi capek. Saya capek mengeluh karena ide nggak dateng-dateng, capek mengeluh karena konten nggak kelar-kelar, capek mengeluh karena revisi tiada henti, capek mengeluh karena lagi nggak pengen balesin komentar tapi harus bales, dan capek mengeluh-mengeluh lainnya yang tidak terhitung lagi jumlahnya.

See? Kantor pertama saya itu spesial banget karena jadi 'sekolah pertama'  untuk belajar tentang kehidupan pekerja.

Sejak hari itu, kata mengeluh udah saya coret dari kamus hidup saya. Mengeluh itu sama sekali nggak ada gunanya. Nggak ada artinya. Dan nggak bermanfaat.

Hari-hari tanpa mengeluh ternyata lega banget. Ada sih momen di mana saya capeeeek banget padahal kerjaannya cuma duduk depan laptop sambil bengong nyari ide konten terus nulis. Ya soalnya biasanya saya mengejar deadline gitu jadi rasanya capek banget. Tapi saya nggak ngeluh dan bisa tetap happy.

Bahkan, tiap teman kos melihat saya masih belum tidur sampai menjelang subuh dan mereka merasa kasihan, jauh dalam lubuk hati saya ya biasa aja. Capek sih. Tapi, sekali lagi, saya udah menghapus kata mengeluh dalam hidup saya.

Nah kebetulan, dunia selalu menawarkan ragam cerita yang baru. Di lingkungan baru, saya bertemu berbagai karakter orang. Saya menemukan teman yang hobi banget mengeluh dan saya berusaha banget menghindari teman saya itu untuk momen-momen tertentu, karena nggak mau mendengar orang mengeluh.

Orang yang mengeluh itu membawa aura negatif ke sekitar. Dan saya nggak suka.

Sempat belakangan ini memang saya lagi ngerasa ngos-ngosan. Mulai kerasa napas putus-putus karena harus melakukan banyak hal dalam delapan jam yang membutuhkan konsentrasi lumayan penuh. Selama beberapa hari masuk sore dan setiap pulang ngerasa engap, saya berbincang jauh ke dalam hati saya.

"Eh kamu capek nggak?"

"Eh kamu lelah nggak?"

"Kok ngos-ngosan?"

"Halo mengeluh, mau muncul nggak?"

Hening. Nggak ada jawaban dari hati terdalam saya.

Ternyata saya nggak mengeluh. Malah seolah-olah hati saya senyum. Seolah-olah aja, kalau senyum beneran kan malah serem.

Tapi memang mau mengeluh dalam rangka apa sih? Ya saya kan memang kerja, orang kerja kan pasti ada capeknya, ada pusingnya.

Kalau nggak mau capek ongkang-ongkang kaki aja di laut sama mermaid.

Hehehe makin nggak jelas aja si Elga lawakannya.


Ya memang, buat apa sih mengeluh? Saya nggak punya alasan untuk itu.

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika sebelum ke kantor saya masih bisa dengerin lagunya Baekhyun dan Soyou yang judulnya Rain atau lagunya Eun Ji Apink yang judulnya You Are My Garden sambil nyeruput kopi. 

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika saya masih bisa makan kenyang dan beli jajan buat bekal nonton Drama Korea setiap pulang kantor.

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika masih bisa nonton oppa-oppa joget-joget dari layar laptop, komputer, atau ponsel.

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika berangkat kantor bisa ngelihat langit birunya Kota Solo setelah selama beberapa minggu mendung terus.

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika turun hujan bisa lihat tetes-tetesnya dari jendela kantor yang gede banget.

Nggak ada alasan untuk mengeluh ketika masih bisa berkomunikasi dengan orang-orang tersayang di grup whatsapp keluarga atau grup-grup lainnya.

Dan yang paling penting, nggak ada alasan untuk mengeluh ketika sehari-hari kita bisa mendapat senyum dan berbagi senyum dengan orang lain, yang dalam kasus ini adalah orang-orang di kantor, tempat saya menghabiskan waktu.


Belasan teman baru di kantor awalnya adalah sekumpulan orang asing yang saat pelatihan nggak saya pepet-pepet juga, bahkan saya sempat tuh curhat sama teman-teman saya di Jogja kalau semakin tua kok saya malas bersosialisasi.

((( semakin tua ini kesannya emang tua banget sebel )))

Tapi jalan dua bulan bareng-bareng, sekumpulan orang asing itu jadi orang-orang yang penting buat saya. Karena kalau nggak ada mereka, mungkin nggak ada senyum dan tawa, yang pastinya akan membuat hari-hari membosankan hingga akhirnya membuat saya mengeluh.

Rasa tidak mengeluh saya ternyata muncul ketika saya mulai bergaul dengan teman-teman saya, diizinkan berkata berbagai hal sembarangan sedangkan mereka bisa memaklumi, atau bisa meliuk-liuk di depan mereka tanpa menunjukkan seperti apa sosok wanita 23 tahun pada umumnya.

Rasa tidak mengeluh juga muncul ketika saya punya senior-senior yang baik dan kocak banget, juga punya suasana kerja yang nyaman (dan mendebarkan).

Saya jadi ingat dulu pernah ngeluh banget karena laptop sekarat sedangkan kerjaan saya waktu itu lagi banyak banget. Terus, secara random saya nonton video klip oppa-oppa dan lihat video klip EXO-CBX yang membuat saya ketawa lagi.

Baca review video klip EXO-CBX di sini.

Ya kan ya kan? Kita nggak punya alasan untuk mengeluh karena di dunia ini ada banyak hal yang bisa bikin kita bahagia!

Tentu saja, hal-hal yang membuat kita bahagia dan tidak mengeluh selalu berubah. Kaya dulu misalnya saya nggak punya alasan mengeluh selagi bisa bangun siang, traveling, ngejar sunrise atau sunset, atau sekadar nonton langit biru di pantai.

Tulisan ini nggak bermaksud menggurui, tapi justru jadi pengingat buat diri sendiri kalau-kalau suatu hari saya mulai memasukkan kata mengeluh dalam kamus hidup saya. Bahwa saya nggak pernah punya alasan untuk mengeluh selama hal-hal baik masih terjadi dalam hidup saya.

Mari bersenang-senang dengan kehidupan!

Comments