Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Rabu yang Syahdu di Solo

Dalam dua bulan terakhir, saya lagi sering bolak-balik ke Solo. Akhirnya, saya berkesempatan untuk melihat kota lain.


Selain Jogja.


#CintaJogjaBanget #ElgaSetiaBangetSamaJogja



Setiap perjalanan di Solo punya cerita masing-masing, terutama sama bapak atau mas Go-Jek. Alhamdulillah, saya selalu dapat driver yang baik. Bahkan di Jakarta, sebuah kota besar yang katanya kejam itu.

Perjalanan saya ke Solo pada hari rabu akhirnya memberikan cerita yang baru. Bukan tentang driver Go-Jek yang dengan senang hati menceritakan suasana imlek di Solo atau driver yang dengan baik hati mendoakan kesuksesan saya. Tapi tentang salah satu pengendara mobil di Solo.

Hari rabu tepat pukul 7.30, saya masih santai-santai mengendarai sepeda motor di sepanjang jalan Jogja yang belum begitu macet. Sesantai itu padahal jadwal kereta prameks terdekat yang saya buru adalah pukul 07.42. Kenapa santai? Karena saya dengan bodohnya membayangkan 07.42 di jam tangan adalah saat jarum pendek berada di sela-sela angka 7 dan 8, lalu jarum panjang di angka 10. 


Kan bodoh.

Kalau itu pukul 07.52, Elg.


Untungnya pas sampai parkiran, Allah memberikan hidayah-Nya. Saya akhirnya sadar kalau 7.42 itu jarum panjang harusnya di angka 8. Dan saat hidayah itu datang, jarum panjang persis di angka 8. Saya langsung lari ke loket 1, dan pas banget keretanya datang. Alhamdulillah nggak terlambat. Dan saya bisa naik kereta prameks dengan tenang.




Saya sampai di Stasiun Purwosari sekitar pukul 09.00. Dan itu ramai banget. Parah.

Padahal selama bolak-balik ke Solo, Stasiun Purwosari hampir selalu sepi. Stasiunnya benar-benar tenang, enak banget buat sekadar duduk-duduk. Seenak itu sampai saya udah merasakan bersantai di Stasiun Purwosari saat pagi, siang, sore, dan malam. Karena nggak ramai, nggak rusuh. Asik pokoknya lah.

Seperti biasanya, saya akan langsung mengambil tempat duduk begitu sampai di Stasiun Purwosari dan memesan Go-Jek. Karena ini udah kunjungan ke-tiga, saya nggak perlu diarahin lagi lokasi di mana driver-nya mangkal. Segera saya keluar, sambil menolak dengan halus berbagai tawaran kendaraan. Dan pagi itu beneran nggak cuma kereta atau Stasiun Purwosari aja yang ramai. Jalan raya depan Stasiun Purwosari yang searah itu juga ramai banget. Biasanya tuh saya berhasil nyebrang dalam waktu singkat. Tapi hari itu, saya nyaris nggak menemukan celah untuk nyebrang. Kendaraan dari tiga sisi nggak nggak putus-putus kaya cintaku padamu. Akhirnya saya pasrah, dan pasrahnya malah bengong dong HAHAHAHAHA. Nggak sadar gitu waktu ada satu mobil berhenti. Terus bukannya nyebrang, saya malah mikir.

“INI MOBIL NGAPAIN YAK.”

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Saya yakin deh pengendara mobilnya pasti mendadak ingin berkata kasar karena saya malah bengong. Akhirnya dia kasih kode pakai tangan kalau saya harus nyebrang. 

OH NYEBRANG BANGET NIH SEKARANG.

BAIKLAH.

Dan saya nyebrang dengan santai, sedangkan driver Go-Jek sudah menanti di ujung jalan. Syahdu banget pokoknya pagi itu. Cocok dibikin video klip.



Setelah berhasil nyebrang, saya balik badan, dan jalanan udah macet karena ada satu mobil berhenti yang otomatis membuat kendaraan lainnya berhenti juga.

Ini tuh kayak di sinetron-sinetron tahu nggak.

Tiba-tiba daun-daun di pohon sepanjang trotoar seperti berguguran dan kendaraan yang siap melaju lagi itu kaya slow motion. Terus lagunya Crush yang judulnya Beautiful kaya keputer gitu aja.


IT’S A BEAUTIFUL LAAAAYYYFF HAAAAHAAAAIIYFFF~~~


Note: Di jalan raya depan Stasiun Purwosari, ada lampu lalu lintas buat orang yang mau nyebrang. Jadi kalau mau nyebrang, kita tinggal mencet tombol yang ada di tiang lampu lalu lintas itu dan tanda pejalan langsung berwarna hijau. Tapi waktu itu saya nggak tahu ada fasilitas gitu makanya saya nggak nyebrang-nyebrang. Ya kalau nggak dipencet tombolnya, kendaraan bakal jalan terus. Untung waktu itu ada pengendara baik hati yang rela berhenti meski saya nggak (tahu) pencet tombol. HAHAHA.


Saya langsung terharu banget. Dan secara otomatis berdoa untuk pengendara mobil yang sudah mempermudah urusan anak gadis ((( anak gadis ))) dalam menyebrang.

YA ALLAH PENGENDARA MOBILNYA BAIK BANGET.

YA ALLAH SEMOGA PENGENDARA MOBILNYA SEHAT-SEHAT.

BANYAK REZEKI.

YAH POKOKNYA YANG BAIK-BAIK DEH.

Saya nggak nyangka aja kalau di Solo masih ada pengendara yang mau mengalah. Apalagi cuma buat satu orang biar bisa nyebrang. Sebaik itu. Bikin ingin bercucuran air mata.

Pengalaman menyebrang di depan Stasiun Purwosari saat itu benar-benar membekas. Sejak hari itu, saya jadi termotivasi untuk berbuat kebaikan, sekecil apapun. Ya sesederhana mengalah di jalan raya dan mempermudah orang nyebrang. 

Itu sederhana banget kan?

Tapi orang yang sudah kita tolong itu pasti merasa sangat berterima kasih, dan secara otomatis mendoakan kebaikan untuk si penolong. Karena waktu itu saya beneran langsung refleks berdoa dengan tulus untuk si pengendara mobil atas kebaikannya.

Bukannya pamrih. Tapi saya percaya, setiap hal baik yang kita lakukan untuk orang lain, pasti akan kembali lagi ke kita.

Dan kita nggak pernah tahu, lewat siapa doa kita dikabulkan.

Comments