Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

[ REVIEW ] EXO: Sing for You dan Hal-Hal yang Bikin Galau

Sepanjang hidup, secara perlahan kita akan menyadari kalau sedikit demi sedikit hal-hal mulai berubah. Mungkin selama ini kita sibuk memerhatikan perubahan usia atau perubahan jenjang pendidikan. Padahal tentu aja kan, perubahan lebih dari itu.

Perubahan yang paling umum terjadi adalah perubahan di lingkungan sekitar kita, seperti teman-teman yang datang silih berganti sejak mulai bersosialisasi. Sudah sejak di sekolah dasar saya selalu memiliki kelompok pertemanan atau bahasa gaulnya ‘geng’ seperti geng pada umumnya yang pembahasannya nggak jauh-jauh dari cowo, terus main sinis-sinisan sama kakak kelas yang cewe-cewe.

Astaghfirullah. Masa lalu yang kotor.

Geng-geng sejak SD sampai kuliah saya itu kalau digabung bisa bikin dua sampai tiga girlband yang joget-joget lucu lah setidaknya. Lantas, meski dulu sedekat urat nadi (halah) apakah seiring berjalannya waktu dan pertemuan dengan orang baru membuat kita bisa dibilang tetap bersahabat? Iya, tentu saja. Tetapi kita kan nggak bisa memungkiri kalau komunikasi pasti berkurang atau malah benar-benar nggak terjalin. Karena saat masuk SMP, toh saya sudah tidak sering bermain dengan sahabat SD saya. Dan bahkan saat berada di SMA, saya nggak pernah ketemu sahabat-sahabat SMP kecuali komunikasi basi “kangen ih” dan nggak ada pembuktian nyatanya itu.

Pfft. Everything has Changed kata mba Taylor Swift sama mas Ed Sheeran.

Saya nggak pernah tahu kata galau muncul dari mana. Tapi, saya ingin berterima kasih pada yang sudah menciptakannya karena setidaknya menunjukan saya masih punya hati padahal pernah dihancurin seseorang.

No. No. Kalau kalian mengira saya disakiti cowo, itu nggak sepenuhnya benar. Karena sesungguhnya saya tersakiti oleh seorang cewe. Cewenya si cowo. BUAHAHAHAHAHAHA.

HAHAHAHAHA. ENGGAK DEEENK BECANDA AJA ITU.

Ketika suatu malam sedang berjuang mengurangi memori dari laptop saya—satu-satunya yang belum berubah sejak lulus SMA (yap, laptop yang tahun 2011 merupakan keluaran terbaru dan kini masuk kategori butut dengan tambalan di sana-sini), saya masuk dalam lubang kenangan melihat foto-foto saat SMP, SMA, dan kuliah. Mau tidak mau saya bernostalgia, melihat wajah teman-teman saya, mengingat kembali kenangan bagaimana foto-foto itu diambil, dan terbawa perasaan melihat senyum-senyum yang terukir di sana.

Seketika saya merasa sendirian, dan mungkin kesepian.

Sepertinya saya terpengaruh dengan kalimat yang pernah saya baca bahwa semakin tua kita semakin kehilangan teman-teman. Mungkin yang sudah mengalami, mulai menyadari bahwa kehilangan teman-teman terjadi ketika kita sudah mulai menyusun skripsi dan sibuk mengurus masa depan. Satu per satu menghilang, menyisakan beberapa saja yang bertahan. Walau sesungguhnya kita tidak benar-benar kehilangan mereka.

Sekali lagi, hidup berubah.

Hal ini yang saya lihat ketika entah kali keberapa memutar video klip milik boyband Korea: EXO. Video klip lagu Sing for You ini tidak hanya menyajikan cowo-cowo kebanyakan pakai bedak dan eyeliner joget-joget di dalam ruangan kaya yang udah-udah, tapi menyajikan cerita yang begitu emosional. Sayangnya yang saya lihat selama menonton video klip Sing for You ini adalah cerita tentang kehidupan EXO sendiri. Sebuah boyband, yang debut pada tahun 2012, dengan 12 orang member yang masih sangat canggung berdiri bersama saat itu.

Bagi yang nggak suka korea-koreaan, abaikan dulu deh perasaan itu. Saya nggak akan ngajak buat dengerin lagu dengan bahasa yang nggak kita mengerti, tapi melihat apa yang disajikan penggambaran lagunya melalui video. Tentu apa yang saya lihat di video klip Sing for You ini menurut definisi pribadi aja, karena ketika kalian ngeliat video klipnya bisa jadi kalian punya imajinasi berbeda.

Imajinasi yang lebih normal tepatnya. Nggak liar kaya saya.



Cerita dimulai ketika para member EXO menghabiskan waktu bareng, ketawa bareng, terharu bareng, dan joget bareng lagu yang itu-lagi-itu-lagi dari panggung ke panggung. 12 orang cowo yang tinggal dan berjuang bareng dari awal, tentu kedekatan mereka terjalin seiring berjalannya waktu. Yang awalnya mereka kaku banget kalau di panggung bareng-bareng, sampai mereka mulai bersekutu dan saling nggak bisa hidup tanpa satu sama lain (oke yang ini lebay aja sih, tapi apa gunanya hidup kalau nggak di-lebay-in kan). Meskipun ada beberapa member yang kelihatan banget saling nggak cocok becandaannya walau udah bertahun-tahun.

EHEM. Chanyeol Suho HEM.




Hingga akhirnya, tiga orang dari 12 orang memutuskan keluar dari EXO dalam rentang waktu yang nggak begitu lama. Sedih dan merasa kehilangan adalah suatu hal yang tentu dirasakan bagi mereka yang ditinggalkan. Ya gimana sih, orang yang menghabiskan hidup sama kita dan tertawa menangis bersama dalam beberapa tahun pergi gitu aja, mungkin kita bisa tetap tersenyum tapi pasti ada yang terasa hilang kan.

Beuh.




Apa yang kita lakukan kalau sedih karena kehilangan? Kita mungkin nangis di dinding pojokan kamar bareng sama cicak di atas kita yang juga sendirian. Kita mungkin ngerasa galau tujuh turunan akibat kesepian karena biasanya nggak sendirian tiba-tiba jadi forever alone. Dan kita bebas mengekspresikan kesedihan dengan cara apapun.

Ya kalau zaman sekarang sih update status ya. Nge-tweet kek, bikin status facebook sepanjang novel, curhat tipis-tipis di path, bikin caption instagram yang sama sekali nggak nyambung dengan fotonya, nge-repost kutipan-kutipan super bijak di tumblr, atau ya nge-blog (yang ini jarang sih. ya di masa ini siapa juga yang niat bikin tulisan panjang lebar tapi nggak ada yang nge-like.)



Penggambaran sedih dan kehilangan di video klip Sing for You disajikan dengan emosional. Dimulai dari Kai yang menyendiri di kamar dan ngelempar barang-barang untuk meluapkan isi hati. Kenyataannya kan jerit-jerit dan ngelempar-ngelempar barang bikin hati lega. Tapi jangan lupa istighfar setelah itu, kaya Kai yang habis ngacak-ngacak kamar terus keluar sambil bawa selimut yang motifnya kaya sarung, mungkin Kai mau sholat menenangkan diri dan berdoa pada Yang Maha Kuasa.



Tapi hidup adalah hidup. Sekeras apapun, semenyakitkan apapun, sesedih apapun, kita harus tetap bangkit. Kita nggak bisa terus terjebak dalam duka dan harus tetap melanjutkan hidup kita seperti sedia kala. Bukankah kesedihan dan kebahagiaan datang silih berganti? Nggak ada yang abadi, ingat-ingat kata om Ariel selalu, karena dulu masalah hidupnya Om Ariel lebih berat dari EXO dan sekarang Om Ariel hidup dalam damai aja tuh setelah hidupnya diterpa badai.

Ya kenapa perbandingannya harus sama Om Ariel sih.

Itu sebabnya Kai, yang tadi abis sedih dan ngancurin barang-barang di kamar demi meluapkan kesedihannya lalu keluar rumah walaupun lagi turun salju dan mulai menari. Yap, meski kehilangan member, EXO adalah sebuah boyband dan mereka nggak akan berhenti bernyanyi dan menari gitu aja. Se-drama apapun lika-liku EXO, mereka harus bangkit dan tetap tampil di atas panggung.


Dan hingga tiba saatnya... kata-kata dalam lagu Tak Ada yang Abadi yang dinyanyiin Om Ariel terbukti. EXO mungkin kehilangan, sepanjang perjalanan EXO mungkin nggak mulus ketawa bareng terus, ada masa di mana mereka bertengkar sampai tonjok-tonjokan, tapi balik lagi, nggak ada yang abadi. Kesedihan, rasa kehilangan, dan pertengkaran akan berlalu juga pada akhirnya.


Pada kenyataannya, kita nggak boleh gitu aja down dengan mudahnya. Percayalah bahwa kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Itu udah janji Allah juga (Allahu akbar, tumben ngomongnya bener). Video klip Sing for You menceritakan hal itu, bahwa jika kebahagiaan nggak abadi, begitu juga dengan kesedihan. Rasa sedih para member EXO akan kehilangan akhirnya berganti lagi dengan tawa. Mungkin mereka pernah sedih sampai saling berpisah untuk menyendiri, mungkin mereka pernah bertengkar lalu berpisah sementara, tapi pada akhirnya mereka akan bersama-sama lagi, melupakan kesedihan dan tertawa bersama lagi. Walaupun mereka sekarang ini tinggal bersembilan. Kaya Cherrybelle.



Dan seorang teman tidak pernah benar-benar pergi.

***

Folder-folder foto yang bertebaran di laptop saya menyimpan wajah teman-teman, yang hanya teman biasa hingga yang memberi kenang paling dalam. Saya tadinya memasukkan diri sendiri dalam kategori introvert karena lebih nyaman berada di kamar sambil berimajinasi liar dan mendengarkan musik. Tapi saya tidak bisa begitu saja mengaku introvert karena saya adalah orang yang rela menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman, dan setiap sampai di rumah saya akan menyimpan kenangan yang baru saja terjadi dengan aman di dalam hati. Kalau ada perlombaan mengingat memori, saya akan menobatkan diri sendiri sebagai juara. Saya mampu mengingat banyak sekali kenangan bersama teman-teman, yang tentu saja akan mereka lupakan seiring berjalannya waktu. Seringnya sih, mereka memang lupa dan biasanya saya menjadi satu-satunya yang ingat untuk mengingatkan mereka. Nggak masalah, karena untuk saya pribadi kenangan bersama teman-teman terlalu berharga untuk dilupakan. Dan saya kan nggak bisa nyalahin orang yang memang nggak hobi mengoleksi kenangan. Ya bener sih, ngoleksi tuh duit kek, atau pacar. Ini malah kenangan. Tapi, kalau ngoleksi pacar takut nggak disayang Allah. Jadi udah paling aman ngoleksi kenangan. Alhamdulillah ya, karena saya menjadi tipe orang yang tidak mudah melupakan orang-orang yang sudah berjalan bersama saya di masa lalu.

Itu sebabnya saya tidak pernah ingin melupakan satupun kenangan bersama teman-teman sekelas saya di SMA.

Atau sahabat-sahabat yang memberi banyak tawa.

Atau sahabat-sahabat yang berlari bersama saya untuk mengejar mimpi.

Dan foto-foto yang saya lihat mengingatkan pada mereka.


Ke mana sih mereka sekarang? Bagaimana kabar mereka? Apa lelucon kita masih sama? Apa cara tertawa mereka masih sama? Apa kita masih bisa berbicara dengan nyaman saat dulu masih sering menghabiskan waktu bersama?

Saya berada di kota yang sama dengan mereka, walau beberapa tidak. Meski begitu saya jarang banget ketemu mereka sejak memutuskan mendaratkan kaki kembali di kota tumbuh dan berkembang saya. Well, saya bingung mau nyalahin siapa. Ya gimana bisa saya menyalahkan mereka yang belakangan jarang ngajak saya ketemu karena saya sendiri nggak berjuang buat ketemu mereka. Sering banget mereka ngajak keluar untuk sekadar nongkrong tapi saya abaikan cuma karena males. Males mandi. Males ngeluarin motor. Males dandan. Males ditanya-tanyain orang tua mau ke mana, dengan siapa, pulang jam berapa, semalam berbuat apa.

Jadi ini Elga apa Yolanda sih. WKAKAKA.

Tapi hari ini, saya bener-bener kangen teman-teman yang tersebar di penjuru kota Purwokerto.

Lalu inget temen-temen yang udah pergi merantau dan otomatis kesempatan buat ketemunya dikit banget.

Gara-gara kangen yang datengnya suka nggak sopan itu, saya ngeliat video klip Sing for You miliknya EXO dengan definisi berbeda dan ya akhirnya bikin ala-ala review padahal sebenarnya mau curhat aja sih WKAKAKAK.

Kali ini saya melihat video klip itu sebagai sesuatu yang lain.

Entah gimana kali ini penggambaran video klip Sing for You tepat banget buat saya yang lagi ngerasa ala-ala lonely (HAHAHA). Saya jadi teringat masa-masa bahagia waktu sama teman-teman SD nongkrong di jembatan gang rumah pas malam minggu, waktu saya ngabisin banyak drama sama geng SMP, waktu tidak melewatkan satu hari pun tanpa tertawa saat di SMA, atau waktu melalui hari-hari sama temen-temen di dunia perkuliahan. Masa-masa ketawa, masa-masa menggila bareng, masa-masa ngelakuin apa-apa bareng kaya penggambaran di detik-detik awal video klip Sing for You gitu. Hingga akhirnya saya menyadari bahwa.... teman-teman saya satu per satu mulai menghilang dan saya merasa sendiri, merasa kesepian. Yah.. ada kalanya kita sampai di masa-masa kaya gitu kan. Terlebih saat kita udah nggak muda lagi dan udah mulai dewasa untuk berusaha nggak bertingkah aneh-aneh.




Tapi detik-detik akhir video klip Sing for You tentu akhirnya menyadarkan saya, bahwa teman-teman yang menghilang satu per satu, teman-teman yang saya punya media sosialnya tapi jarang menyapa, sebenarnya nggak bener-bener hilang. Mereka tetap teman-teman saya yang saat bertemu mengeluarkan joke-joke sampah dan bully-an jahat yang termaklumi. Mungkin sekarang saya merasa sepi, tapi bisa saja besok tidak lagi. Mungkin kini saya merasa teman-teman saya menghilang, tapi bisa saja besok kita bertemu dan berbagi tawa lagi. Toh memang nggak selamanya saya hidup di masa masih bersama mereka dan tertawa bersama. Semua ada masanya masing-masing.

Video klip Sing for You seperti menggambarkan masa lalu saya bersama teman-teman, hingga memasuki adegan Kai menggambarkan kehidupan saya sekarang yang kesepian karena rindu pada teman-teman dan masa-masa dulu. Dan adegan di detik-detik terakhir menyadarkan saya bahwa memang sekarang sedih dan sepi sedang melanda, tapi besok akan kembali bahagia, entah karena teman-teman lama berkumpul atau ada teman-teman baru lagi.

Yeah. Hidup berubah.

Dan kadang-kadang, kita merasa kesepian karena perubahan-perubahan itu.

Comments