Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

For the First Time: Keliling Bandung Sendirian dan Nonton The Script [ PART 1 ]


Saya selalu percaya kalau apa yang kita inginkan tuh pasti tercapai, meski waktunya nggak tentu. Entah setahun, dua tahun lagi, pokoknya ketika tercapai kita cuma bisa mengingat kalau itu adalah hal yang dulu pernah diinginkan. Baik itu keinginan kuat atau sekadar terucap.

Tapi akhir-akhir ini beberapa hal yang saya inginkan dalam hati terjadi, seolah-olah semua adalah penghiburan untuk paruh terakhir 2021 lalu dan tiga quarter pertama 2022 yang sudah terlalui dengan rasa sedih yang tentu aja cuma saya yang bisa klaim kalau rasanya sesedih itu.

Beruntung pelan-pelan saya sembuh menjadi diri saya yang lebih lapang, setelah puas-puasin satu bulan penuh merasakan apa yang di dalam hati dan nggak denial. 

Hari demi hari, akhirnya saya sadar tidak lagi kena trigger karena satu pria, tidak lagi patah hati karena tahun ini gagal lanjut kuliah, atau merasa muak dengan rutinitas yang sama.

Saya jadi lebih tenang dalam upaya saya untuk sembuh. Mulai punya keinginan-keinginan lagi. Beberapa kadang saya minta ke Allah dengan tambahan, "... Supaya saya nggak sedih lagi."

Rupanya Allah emang nggak mau saya sedih.

Sesederhana suatu hari jalan saya lancar banget buat tiba-tiba mewujudkan keinginan keliling Bandung sendirian, ditambah bonus bisa nonton The Script.

Ada banyak hal yang selalu pengen coba saya lakukan, salah satunya traveling sendirian. Tapi saya terlalu takut buat melakukannya, padahal di kota tinggal sekarang saya bisa ke tempat wisata sendirian secara aman.

Akhirnya ketika keberanian itu muncul dua bulan lalu, saya memutuskan cari tiket ke Bandung buat merealisasikan keinginan traveling sendirian. Sayangnya, saya nggak dapat tiket. Akhirnya saya gagal merealisasikannya di pergantian umur.

Tapi ya, siapa sangka, di Bulan Oktober Allah bukakan jalannya.

Jadi, sebenarnya saya ada agenda nonton konser The Script di tanggal 1 Oktober yang tiketnya tentu aja udah dibeli berbulan-bulan lalu. Sayangnya di hari itu saya punya agenda lain yang lebih penting sehingga tiket konser itu harus dijual kembali.

Direlakan.

Nggak tau ya, pada saat itu saya sangat ikhlas buat melepas tiket dan nggak nonton The Script. Padahal sejak terakhir gagal nonton EXO saya bertekad nggak akan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata.

Baca: Gagal nonton konser EXO

Tapi ya udah, pada saat ini saya menyadari ada prioritas dan tanggung jawab lain dalam hidup saya.

Namun, kejutan semesta emang ada-ada aja. Tiba-tiba temen kantor mengabarkan kalau dia ada tiket The Script di Bandung 2 Oktober.

Sore 1 Oktober saya lepas tiket di Jakarta, lalu petangnya saya dapat tiket di Bandung.

Saya langsung cek tiket kereta ke Bandung malam itu juga, dan tiket kepulangannya yang ternyata masih ada.

Pada saat itu saya beneran melongo karena dua bulan lalu saya cari tiket beberapa hari sebelum keberangkatan aja nggak dapet. INI KOK BISA MASIH ADA TIKET BEBERAPA JAM SEBELUM KEBERANGKATAN?

Akhirnya saya nekat berangkat malam itu juga, antara percaya dan nggak percaya.


Saya sampai di Bandung besok paginya pukul 06.00. Sebenarnya saya nggak punya destinasi selain mengulangi agenda ke Bandung Bulan Juli lalu. Bedanya, kali ini saya sendirian.

Setelah bersih-bersih dan pesen penginapan (Bahkan penginapan baru saya booking di Hari H), saya langsung meluncur sarapan sesuai rekomendasi TikTok yang mengarahkan ke Vandel Cafe. Tempatnya beneran rame banget sih, banyak keluarga yang ke situ, orang-orang yang habis olahraga, dan saya yang sendirian.....

Sezuzurnya saya sering pergi sendirian, tapi makan jarang jadi agenda. Kalau nonton di bioskop sering, bahkan saya pernah nonton Minions sendirian di tengah liburan anak-anak sekolah.

WKWKKWKKWKWKWKW.


Meski agak canggung makan sendirian tapi saya berusaha menikmati momen-momen yang tentu nggak akan sering saya ulangi itu. Setelah makan langsung cabut ke Braga. Kaya dulu waktu belum tinggal di Jogja dan wajib ke Malioboro, kalau di Bandung ke Braga juga nggak bosan-bosan. Beneran berhasil me time di Braga sih. Saya cuma jalan, duduk, jalan, duduk, sambil denger musik.

INI NIH...

FROM THIS MOMENT...

Setelah puas-puasin jalan kaki akhirnya saya lanjut ke alun-alun. Tadinya nggak mau naik Bandros apalagi pengalaman beberapa bulan lalu antrenya sampai dua jam pas weekend. Tapi karena masih sekitar jam 11 dan waktu check in masih lama, akhirnya saya memutuskan naik Bandros.

NGGAK NGERTI YA SEOLAH SEMESTA MENDUKUNG, BAHKAN ANTRE BANDROS KALI INI DURASINYA SEBENTAR.

Paling-paling cuma setengah jam.

Kelilinglah saya dengan Bandros, yang untungnya rutenya lumayan beda sama dua bandros yang sebelumnya.

Kenapa ya nggak bosan-bosan juga keliling Kota Bandung naik Bandros. Padahal, saya udah hafal setiap cerita dari tour guide-nya karena udah beberapa kali naik. Kayanya bisa nih someday saya jadi tourguide Bandros juga.

Baca: Bandung, 2018


Mendekati akhir tujuan, hujan turun di Kota Bandung. Perlahan tapi pasti menjadi deras. Saya nggak mengeluh sama sekali, malah senang karena apa sih yang lebih romantis dari Bandung dan Hujan?

Ceilah.

Ya kamu lah, mas. HIHIHI.

Hujan yang deras akhirnya membuat banyak penumpang menunggu di Bandros sementara. Saya pun menunggu meski akhirnya ketika udah agak reda pesan taksi online dan memutuskan ke hotel aja. Mau rebahan. Mau tidur siang. Mau mandi.

Berangkatlah saya ke Tab Hotel Bandung!

Ini kali kedua ke sini. Ya beneran Elga emang cuma mengulang momen ke Bandung Bulan Juli lalu, bedanya kali ini sendirian.

Setelah terima kunci akhirnya rebahan juga di hotel capsule yang sangat cocok untuk kaum introvert seperti saya ini. WKWKWKWKKWKWK.


Setelah tertidur beberapa jam, saya langsung bangun dan mandi. Kebetulan saya udah janjian sama temen kantor buat berangkat bareng dari hotelnya. Saya juga mau titip tas dulu karena selesai konser berencana langsung pulang.

FYI, saya udah kepoin dulu di Twitter perkiraan durasi konsernya yang menurut netizen sekitar 1,5 jam aja. Jadi pas selesai konser langsung mengejar kereta di malam hari menuju pagi. Pokoknya cuma bisa berdoa semoga lancar aja. Tapi di sisi lain juga ada perasaan rela kalau nggak lancar.

Nanti ada plan lain kita pikirin.

Gokil... Siapa sih yang menyakiti sampai seikhlas iniiiiii dalam hal apapun, Elgaaaaaa?

WKWKWKWKWKWKWK.

YA EKSPEKTASI SENDIRI DONG.

WKWKWKWKWKWKWKWKW.

Kalau rame, lanjut part 2!

Comments