Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Perjalanan ke Taman Wisata Alam Posong: Ketika Kabut, Aroma Kopi, dan Kebahagiaan Menyatu



Katanya, apa-apa yang pernah kita inginkan bakal kejadian. Nggak harus saat ini juga, bisa jadi minggu depan, bulan depan, atau bertahun-tahun kemudian. Nggak mesti keinginan besar, nggak mesti keinginan yang kuat, bisa jadi cuma keinginan-keinginan yang sempat asal terlintas aja di kepala.

Seperti keinginan saya buat melihat alam Posong, Temanggung, Jawa Tengah.

Emang bukan tempat wisata yang jauh dari tempat berkuliah, tapi dulu kok rasanya nggak kesampaian aja karena berbagai faktor dan bukan prioritas. Eh bertahun-tahun berlalu, akhirnya dateng juga ke Posong.

Weekend pertama Bulan Januari, saya emang udah punya rencana piknik sama temen-temen kos. Niatnya sih ke Solo, tapi karena ada beberapa hal jadinya belum jelas jadi atau nggaknya. Akhirnya saya mulai mikir nih, kalau gagal enaknya liburan ke mana. Karena sejak 2011 tinggal di Jogja dan hampir semua tempat udah didatangi, beberapa waktu terakhir saya tuh suka bingung kalau mau piknik. Sampai akhirnya tercetus buat piknik agak jauh.

"Eh ke Temanggung aja yuk?," Kata Memey.

"Wah boleh! Ke Posong yuk?? Aku belum pernah ke sana!," Lalu saya sangat excited.

Ternyata semesta merestui. Kami tuh langsung kontak temen kelas kita, Dira yang sibuknya nggak kira-kira. Eh kok kebetulan dia bisa berangkat besoknya ke Posong.

Dan berangkatlah kita ke Posong hampir jam sepuluh pagi padahal janjiannya jam delapan pagi.

HADEEEEEEEEEEEEEH.

Saya dan empat teman lainnya menempuh perjalanan hampir tiga jam untuk sampai ke gerbang Posong. Meski tau sedang musim hujan, meski sampai Temanggung hujan rintik-rintik mulai menemani, kami maju terus.

ANTI MUNDUR-MUNDUR CLUB.


Sampai di gerbang, kami per orang membayar Rp10.000. Percaya diri banget pokoknya, udah nyengir lebar banget karena nggak sabar sampai atas, duduk-duduk sambil menyesap minuman hangat.

Tapi tunggu dulu......

Ternyata perjalanan sesungguhnya baru dimulai. Medan jalan dari gerbang menuju ke lokasi wisatanya tidak mudah. Jalan menanjak, berliku, dan rusak di beberapa titik membuat kami lebih fokus terutama Dira yang nyetir. Sampai akhirnya, mobil pas-pasan dengan mobil-mobil yang perjalanan turun.

FYI, jalannya tidak terlalu lebar dan perlu skill untuk melewatinya.

Dira udah gemetar parah. Dua penumpang belakang udah deg-degan. Saya sama Memey tetap tenang dan berdoa.

Tapi namanya mental udah drop di awal, akhirnya saat 'pas-pasan' kedua Dira nggak berani maju. Masalahnya, mobil berhenti di tanjakan sementara di depan ada lubang yang cukup besar. Pasrah, kami pun meminta tolong pengendara mobil lain yang pas-pasan sama buat naikin mobil setidaknya sampai tikungan di atas karena dua mobil udah mepet banget.


Di dunia ini emang semua orang baik, tapi nggak semuanya punya rasa peduli yang tinggi. Pas saya mulai memotret gunung yang lagi nggak tertutup kabut (Lagi susah tetap jepret dulu) (Nggak tau diri emang), seorang pria yang mobilnya pas-pasan sama kami mencoba menolong. Tapi kemudian samar-sama terdengar penumpang dari mobil di belakang masnya (Yang masih rombongan), mengusulkan untuk tidak perlu nolong.

"Lah mesakke (Lah kasihan)," Kata masnya.

WAAAAAAAAAAAAAH, kalau keadaan lagi nggak susah mungkin emosi saya tidak terkontrol.

Tapi ternyata usaha masnya juga belum berhasil untuk melewati lubang di hati jalan. Kami pun akhirnya mengucap terima kasih dan untuuung banget ada satu mobil lagi turun. Mereka langsung baik banget nanya-nanya apa yang terjadi dan salah seorangnya akhirnya ambil alih setir.

"Mba ini masih jauh lho dan di atas mobil-mobil mau turun," kata bapaknya.

Kami diam karena bingung. Lalu mobil pun dibawa bapaknya sementara rombongan bapaknya ngajak ngobrol.

Nggak sampai dua menit.....

"LHO?? KOK MOBILNYA TURUN???"

Bapaknya memutuskan muter balik mobil dan menyuruh kami naik ojek aja ke atas.

"Udah mbak, di bawah naik ojek aja. Ini turun aja karena masih jauh."

ASHIAAAAAAAAAAPP, TERIMA KASIH PAK!

Akhirnya kami kembali turun ke bawah dan memarkir mobil. Sepanjang perjalanan turun kami menenangkan diri dengan becanda agar tidak tegang-tegang banget.

"MEY ORA GABUT KOE KI, DELOK SPION (MEY JANGAN GABUT, LIATIN SPION)," Ucap Dira sambil terus memantau spion.

"Aku kaget tak pikir tadi yang turun bukan mobil kita tapi kok lho lho ini kan mobil kita," Curhat Gales.

"Bapak e luar biasa mobil bisa muter balik dalam waktu cepat," Kami terheran-heran.

"Mungkin orang-orang tuh mikir, 'Ini mbak-mbak berlima selo banget piknik dari Jogja sampai sini," Kata kami lagi.

Pas akhirnya kembali sampai di bawah, ketemu rombongan bapaknya lagi, dan mereka udah bilangin ke petugas di gerbang kalau kami mau pesen ojek.

HUHUHU TERHARU KARENA ROMBONGAN BAPAKNYA BAIK BANGET. SEMOGA SAYA, KALIAN, KITA SEMUA SENANTIASA BERBUAT KEBAIKAN DAN SALING MENOLONG ANTAR SESAMA MANUSIA.

Setelah berbagai halang rintangan akhirnya lima ojek melintasi jalan berkelok. Dan ternyata rintangan belum berhenti karena salah satu sopir ojeknya harus balik ke bawah buat ganti motor.

"Semalem motornya kehujanan lupa dimasukkin."

OKE TIDA MASALAH MAS.

AHSIYAAAAAAAAAAAAAAAAP.

Tapi tentu tidak perlu bersedih, karena semua perjuangan itu terbayar begitu sampai di atas. Meski kabut dan pemandangan seperti yang di Instagram tidak terlihat, tapi tetap aja indah.

Iya, bahkan meskipun berkabut, pemandangan di Posong tetap magis~



Udara dingin nggak membuat semangat luntur. Kami berlima masih semangat jalan ke sana sini buat menikmati alam Posong. Masih heboh buat foto-foto. Masih nyanyi-nyanyi penuh penghayatan pas lagu Judika terputar melalui speaker di Taman Posong. Masih joget-joget pas Lagu Syantik terdengar.

Puas foto-foto, kami memesan makanan dan minuman hangat sambil duduk-duduk. Harga makanannya juga terjangkau, segelas minuman hangat sachetan berkisar Rp7 ribu, seporsi mendoan berkisar Rp10.000, dan mie goreng/rebus berkisar Rp7 ribu sampai Rp10ribu.

Nggak ada yang lebih menyenangkan dari bepergian, menikmati alam, dan menyesap kopi hangat seperti saat ini.

EH ADA DINK. YAITU SAAT SEDANG MENATAP MATAMU DAN MELIHAT SENYUMMU~

CIYAT CIYAT CIYAAAAAAAAAAAAT!



Oh iya, harga naik ojeknya PP Rp35ribu aja, dan pengemudinya so pasti baik hati banget. Karena kami di atas sampai jam 5an dan ngerasa nggak enak tapi bapak-bapak ojeknya bilang, "Nggak apa-apa puasin aja mbak mumpung di sini."

AHSIYAAAAAAAAAAAAP.

(Sekali lagi dilempar payung sama pembaca.)

Sekitar pukul 17.00 akhirnya kami kembali menapaki perjalanan pulang ke realitas. Piknik ke Posong ini membuat saya bersyukur, ternyata masih banyak orang-orang yang menemani perjalanan hidup dan piknik saya meski di luar sana katanya 'Semakin dewasa, teman semakin sedikit'. Sebenarnya tidak, hanya saja orang yang menemani saya silih berganti.

Dan tentu saja, perjalanan selalu mempertemukan kita dengan orang-orang baik.

Semoga bisa ke sini lagi dan cuacanya cerah!

AHSI........ Ahsudahlah.


P.S: Terima kasih yang paling spesial buat Dira karena menyempatkan waktu di tengah kegiatannya yang padat.


Comments