Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Move On




Kamu—laki-laki baik hatiku. Datang di saat saat yang tepat, kala hari itu masa depan seperti sudah habis. Dan kamu yang kembali menyusunnya tanpa berbuat apa-apa. Waktu itu segalanya terasa gelap. Dan kamu datang memberi garis-garis warna yang baru. Menyajikan lekuk senyum yang tak habis-habisnya untuk dipandangi.

Karena kamu—saya selalu berusaha menjadi lebih baik lagi setiap harinya. Saya tahu kamu orang yang baik, dan kamu adalah alasan untuk terus berusaha merubah yang buruk menjadi baik. Mungkin, saya yang masih belum cukup baik untuk kamu. Tapi kamu tidak perlu khawatir, bahkan disaat sudah tidak ada lagi cinta untukmu, saya akan tetap selalu berusaha jadi lebih baik—tidak akan nakal lagi. Karena saya tahu, kamu tidak suka kalau saya nakal. Saya selalu ingat itu.

Kamu—adalah inspirasi dalam musim apapun. Saya bisa merasakan jatuh cinta padamu, saya bisa merasakan patah hati karenamu. Suatu hari nanti saya ingin berkarya. Dan saya tahu ketika membutuhkan inspirasi harus lari kemana: kamu. Bahkan hingga nanti sudah tak ada perasaan apa-apa ketika mengingatmu.

Bahagiamu—entah mengapa membuat lega. Saya egois, tidak pernah tahu apa yang membuatmu bahagia. Tapi saya tahu perempuan itu memperlakukanmu dengan baik. Dan kebahagiaan, pasti menyusul sesudahnya.

Saya  tidak suka bukan menjadi yang pertama. Dan kamu sudah melakukan banyak hal tanpa saya. Saya tidak suka bukan menjadi yang awal untuk segalanya. Dan perempuan itu sudah terlampau banyak menjadi yang pertama. Saya tidak suka. Dan saya masih mencintaimu.

Perempuan itu bercerita banyak tentangmu—tentang kalian. Kalian bahagia, saya lega meski sakit terselip di sela-selanya. Bukan ingin merusuh, tapi hanya selalu ingin memastikan kamu baik-baik saja. Dan seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang. Saya percaya, pada perempuan yang mencintaimu kali ini.

Kamu—adalah satu-satunya laki-laki yang membuat saya yakin meski kamu tidak ada di sisi. Kamu mengenali saya, siapa saja laki-laki yang pernah saya ceritakan. Perasaan itu hanya sementara, beberapa hanya akal-akalan. Saya tahu dan kamu tidak tahu hanya sama kamu saya merasa yakin untuk menggenggam.

Saya pasrah. Bahkan pada angin yang mengatakan saya dibodoh-bodohi cinta.  Di saat saya sudah tidak bisa menemukanmu lagi, saya belum tahu akan pulang ke mana. Saya belum ada tujuan. Tapi saya  pergi kali ini. Bukan janji-janji belaka lagi. Bukan karena menyerah—saya bukan tipe orang yang mudah menyerah. Tapi karena saya sudah yakin kamu bahagia dengan perempuan lain.

Karena kamu sudah tidak perlu untuk ditunggu. Akhirnya saya membuka hati-- mengosongkan isinya, seperti perintah teman-teman dan hati kecil saya. Hari ini saya sudah mau menunggu laki-laki lain yang paling sulit dicari di dunia ini: laki-laki yang bisa membuat saya jatuh cinta lagi. Yang saya nanti-nantikan kedatangannya di teras rumah.

Semoga kamu bahagia selalu.
Saya, yang selalu merasa bahagia saat mencintaimu.




Comments