Skip to main content

Highlight

Lebih Sakit Meninggalkan atau Ditinggalkan?

Menyusuri Pantai Wediombo Hingga Pantai Jungwook



Hari Jumat minggu pertama bulan Mei saya bangun kesiangan padahal sudah ada janji untuk mengembara menuju pantai paling ujung nan indah yang berada di Gunungkidul: Pantai Wediombo. Meski berangkat pukul 11.00, saya tetap merasakan kebahagiaan akan mengunjungi tempat favorit saya: pantai. Setelah melewati pantai Pok Tunggal, kendaraan terus dipacu menuju ujung. Sebenarnya saya tidak tahu ujung itu berada di mana, dan juga tidak tahu sejauh mana ujungnya. Ternyata, Pantai Wediombo memang terbilang sangat jauh.

Berbekal tanya pada warga sekitar karena nggak yakin dengan rutenya, akhirnya saya sampai setelah 2,5 jam duduk manis di motor. Badan yang pegal-pegal sembuh seketika melihat pemandangan pantai yang luar biasa. Pantai Wediombo termasuk luas. Kebetulan airnya sedang surut, pengunjung bisa sampai ke tengah-tengah lautan. Sayangnya, fasilitas di pantai ini belum memadai. Mushollanya sangat kotor dan untuk wudhu harus ke rumah salah satu penjaga warung. Toiletnya juga tidak ada air.






Saya pernah dengar, ada pantai cantik di sebelah Wediombo. Kemudian saya ingat sewaktu perjalanan melihat panah bertuliskan ‘Pantai Jungwook’. Setelah selesai di Pantai Wediombo, saya mencari tanda panah yang saya lihat samar-samar namun hingga pintu retribusi tidak terlihat. Saya bertanya pada petugas, dan bapak petugas dengan ramah memberi petunjuk.

Untuk ke Pantai Jungwook, ada dua cara yaitu dengan berjalan kaki atau naik motor. Untuk berjalan kaki melewati sawah dari Pantai Wediombo dan naik motor masuk sebelum gerbang Pantai wediombo tetapi jalannya rusak. Berhubung dari Gerbang Wediombo sampai ke pantainya saja sudah jauh, saya memutuskan naik motor melewati jalan rusak. Benar saja, jalannya penuh batu dan melewati tanjakan-tanjakan. Saya berkali-kali harus turun agar motor bisa melewati jalanan yang penuh rintangan. Tapi saya sama sekali nggak nyesel, karena Pantai Jungwook ini pantai yang masih perawan. Selain tidak ramai pengunjung, pantai ini masih begitu biru. Tanpa ragu-ragu saya merebahkan diri di pasir. Saya menatap lautan tak bertepi, langit, sambil memutar lagu di handpone. Saya seperti berada di pulau pribadi. Namun mengingat perjalanan pulang yang masih sangat panjang, pukul 16.00 saya sudah merapikan barang-barang dan bergegas pulang. 





Comments